Lihat ke Halaman Asli

Rivalitas Prabowo dan Wiranto Mempercepat Jatuhnya Soeharto, Catatan Reformasi 98

Diperbarui: 21 Mei 2018   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Manado Post

Reformasi mei 98 banyak kenangan dan catatan tang tercecer , ratusan ribu Mahasiswa diseluruh Indonesia aktiv turun kejalan, walau mahasiswa Jakarta diuntungkan oleh berita media, apalagi pada saat puncak pendudukan gedung DPR MPR RI, tidak semua mahasiswa ada digedung itu tapi catatan sejarah membuktikan gerakan reformasi 98 adalah gerakan nasional yang melibatkan mahasiswa seluruh Indonesia dari sabang sampai marauke, tokoh nasional dan elite TNI dan para pemimpin Agama.

Reformasi 98 sebuah  perlawanan panjang melawan Pemerintahan Soeharto, ada yang hilang sampai kini, ada pemain besar tapi sampai hari ini masih gelap terutama pengerak aksi pembakaran ruko-ruko , kasus pemerkosaan, penembakan mahasiswa trisaksi semuanya masih gelap sampai hari ini.

Gerakan tokoh-tokoh nasional dari Amin Rais, Gusdur (alm), Megawati, Adi Sasono (alm),  Sultan menambah energy dan keberanian dari mahasiswa bahwa jatuhnya Pak Harto hanya soal waktu walau ada sedikit ketakutan akan ketidak jelasan sikap TNI pada awal tahun 1998.

Tetapi seiring waktu, pada bulan maret  1998 TNI Nampak mulai terbelah, terlihat dari sikap Wiranto yang lebih mengutamakan soft fower, tidak beringas dan tidak seseram yang kami bayangkan yang andai kata TNI masih solid dan bersatu tidak mungkin gerakan reformasi 98 akan berjalan dengan mulus.

Dukungan diam-diam sebagian elite TNI terutama angkatan darat  menjelang pada awal 1998 sudah sangat Nampak, sementara  TNI angkatan laut dan udara  sudah sangat akomodatif dan dielu-elukan kehadiran oleh masyarakat dan Mahasiswa karena sikap netralitas dua pimpinan AU dan AL, bahkan pada saat menjelang demo terakhir, ribuan mahasiswa IPB dari Bogor mengunakan Bus TNI angkatan Laut untuk menuju gedung DPR MPR RI.

Melihat aksi yang tiada lelah dari mahasiswa  dan dukungan dari aktivis nasional, Prabowo cepat tanggap dan ingin menjadi bagian dari perubahan sejarah di Republik ini dengan memanpaatkan kekuatannya sebagai Pankostrad,  hal ini terlihat dari fasilitas yang disediakan oleh Kostrad pada 14 mei 1998 untuk pertemuan 50 aktivis senior dari Adnan Buyung Nasution, Hariman Siregar, Amin Rais, Ali Sadikin, Babang Widjojanto, Arifin Panigoro yang membentuk Majelis amanat Rakyat (MAR).

Prabowo sangat cermat pada saat itu, semua tokoh reformasi yang tadinya setengah hati dan ragu akan sikap TNI semakin percaya diri, karena dukungan Prabowo yang juga menantu Pak Harto adalah sebuah kekuatan moral yang luar biasa, walau Wiranto sebagai Panglima Abri belum menunjukan arah keberpihakan.

Kerusuhan mei juga masih menjadi Misteri, ada yang menuduh Wiranto sebagai dalang menurut Kivlan zein, pada sisi lain ada tunjuk yang mengarah ke Prabowo.

Rivalitas keduanya sudah banyak diulas oleh media dan beberapa kesaksian dari dari jenderal-jenderal pendukung Prabowo dan Wiranto . 

Rivalitas keduanya membuat jatuhnya Pak Harto semakin cepat, sikap terbelah pimpinan TNI angkatan darat ini membuat Pak Harto tambah galau dan tidak tahu siapa yang harus dipercaya.

Prabowo sebagai menantu mempunyai akses lebih, bahkan setelah Prabowo menghadap Soeharto pada malam tanggal 16 mei 1998, pagi harinya giliran Wiranto menghadap untuk klarifikasi bahwa apa yang dilapokan oleh Prabowo tidak benar adanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline