Di balik kecepatan dan adrenalinnya, ada satu ajang balap mobil yang sedang lari kencang menuju masa depan energi bersih. Ajang tersebut adalah IndyCar.
Kalau kamu awam soal balapan open-wheel Amerika ini, mungkin nggak sadar kalau sejak 2023 IndyCar sudah tidak lagi menggunakan bahan bakar fosil. Mereka pakai etanol 100% yang terbarukan.
Evolusi Bahan Bakar IndyCar
Cerita soal bahan bakar IndyCar ini menarik, loh. Awalnya mereka pakai metanol. Namun karena lebih berisiko dan alasan keamanan, metanol diganti jadi etanol. Sebab metanol kalau terbakar, apinya nggak kelihatan, jadi risikonya lebih tinggi. Selain itu metanol juga beracun. Hanya 10 ml saja bisa menyebabkan kebutaan.
Sekitar pertengahan 2000-an, mereka mulai beralih ke etanol karena jauh lebih ramah lingkungan dan sumbernya bisa dari tanaman. Sempat pakai campuran E85 (85% etanol), dan puncaknya di 2023 mereka pindah total ke 100% etanol terbarukan generasi kedua yang disuplai oleh Shell.
bahan bakar yang 100% terbarukan (www.indycar.com)
IndyCar membuktikan bahwa bahan bakar terbarukan bisa bekerja secara efektif bahkan di bawah tuntutan kinerja yang ekstrem. Ini semacam statement keras buat dunia: "Bahan bakar terbarukan itu powerful dan bisa diandalkan!"
Potensi Etanol di Mobil Harian
Sebelum kamu protes, mari tarik napas sebentar. Kita harus ingat, mesin mobil IndyCar dibuat secara custom dan dirancang untuk performa tinggi. Jelas berbeda dengan mesin mobil harian yang dirancang untuk efisiensi dan keandalan jangka panjang. Jelas nggak bisa membandingkan dari sisi mesinnya.
Namun yang bisa kita ambil sebagai pelajaran adalah potensi etanol sebagai pengganti bahan bakar fosil. IndyCar telah menghilangkan keraguan tersebut.