Dulu duit Rp 60 ribuan bisa dapat 5 kg, sekarang duit Rp 60 ribu cuma dapat 3 kg
Dulu nasi warteg Rp 15 ribu bisa dapat makan kenyang 2 nasi, sekarang Rp 15 ribu dapatnya seuprit.
Sekarang apa apa kalau nggak makin mahal yo makin sedikit.
Mungkin keluhan itu sering dialami tiap hari. Yang pasti, harga kebutuhan semakin mahal, kalau tidak porsi makanan, atau apapun kebutuhan kita jadi makin sedikit. Namun, mau tidak mau, kebutuhan pokok sudah pasti kita beli, walaupun sedikit rasa dongkol. Tapi pernah nggak merasa kalau harga emas yang makin naik justru kebanyakan kita malah merasa minder.
"Ah sudah tinggi nggak terkejar......"
"Ah emas sudah mahal, mau beli yang digital aku yang nggak sabar kok kecil"
Disadari atau tidak, sederet penolakan ini menjadi jebakan kita di masa depan. Padahal, sejak lama. Sejatinya, mungkin kita lupa sebuah quote "Kilau emas bukan hanya indah, tapi juga penuh arti dalam menjaga masa depan". Itu memang sekali lagi terbukti benar, NO DEBAT! Coba saja, dari beberapa kali saya datang ke outlet Pegadaian, toko emas, pameran emas sampai apapun yang berkaitan dengan investasi semuanya mengatakan ingin kembali ke masa lalu memborong emas. "Kalau bisa kami ingin kembali ke masa lalu, berapapun uang yang dimiliki diborong beli emas, kalau perlu setiap hari nyicil emas di Pegadaian biar sekarang bisa senyum," kata beberapa nasabah Pegadaian.
Memang, kalau boleh menyebut Pegadaian menang banyak di momen ini, khususnya seputar emas. Banyak yang menyebut konsep PEGADAIAN MengEMASkan kalau boleh diramaikan sejak beberapa tahun ke belakang. "Kalau perlu kita datangkan Doraemon pakai mesin waktu, terus kita borong emas waktu harga per 0,01 gram masih Rp 5000an. Duit segitu kan berarti 1 gram cuma Rp 500 ribu, sekarang duit segitu mana dapat 1 gram?" kata beberapa nasabah di Pegadaian Karang Menjangan sambil tersenyum sekaligus berandai-andai. Memang, seandainya boleh memilih, mungkin nasabah Pegadaian bisa mendatangkan Doraemon, sosok tokoh fiksi yang punya mesin waktu.
"Kalau punya mesin waktu pasti aku borong emas waktu dulu, untungnya sekarang mesin waktunya ya Pegadaian. Karena kita membeli masa depan dengan harga sekarang, yang jauh lebih murah.
Tentu saja itu mungkin, karena masa lalu tidak pernah terulang kembali. Justru masa depan yang banyak berisi ketidakpastian seharusnya dipersiapkan sejak dini dengan terus bergandengan dengan Pegadaian Meng-EMAS-kan Indonesia. Bagaimana tidak dari harga Rp 500 ribuan di tahun 2015 saat pertama kali saya investasi emas di Tabungan Emas Pegadaian sampai hari ini yang harganya sudah Rp 2 jutaan lebih.
Kini siapapun tentunya wajib percaya masa depan adalah ketidakpastian, apapun bisa terjadi. Yang bisa menahan dari gempuran ketidakpastian di masa depan adalah EMAS. Meminjam istilah genk Z atau milenial, Pegadaian Meng-EMAS-kan Indonesia sejatinya sudah memberikan SPILL alias kunci bagaimana menghadapi ketidakpastian di masa depan, khususnya dari segi finansial dengan bekal emas yang cukup sekaligus cara yang sangat mudah sekalipun.