Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Bintang Rifkiawan

Mahasiswa Universitas Airlangga

Makna dan Filosofi di balik Tradisi Rokat Tase' di Sampang

Diperbarui: 6 Januari 2025   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Saat Tradisi Berlangsung (Dokumentasi Pribadi)

Di Sampang, Madura, setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa menjadi momen yang penuh makna bagi masyarakat pesisir. Tepatnya pada tanggal 11 bulan Suro, tradisi Rokat Tase' digelar dengan penuh kekhidmatan. Sebagai salah satu warisan budaya yang masih lestari hingga kini, tradisi ini bukan sekadar ritual tahunan, tetapi juga wujud syukur, doa, dan solidaritas bagi para nelayan dan keluarganya.

Tradisi yang Berakar dari Masa Lalu

Rokat Tase' berasal dari kata "rokat," yang dalam bahasa Madura berarti selamatan atau pengharapan. Tradisi ini konon telah dilakukan jauh sebelum Islam menyentuh tanah Nusantara. Kala itu, Rokat Tase' dikaitkan dengan kepercayaan kepada penguasa laut. Namun, seiring waktu, tradisi ini beradaptasi dengan nilai-nilai Islam, mencerminkan rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan rezeki dari laut serta doa perlindungan dari bahaya saat melaut.

Di balik sesaji yang dilarungkan ke laut, ada simbol pengakuan akan harmoni antara manusia dan alam. Masyarakat percaya bahwa laut bukan sekadar sumber kehidupan, tetapi juga memiliki kekuatan besar yang harus dihormati dan dijaga keseimbangannya.

Makna Filosofis di Balik Ritual

 1. Doa dan Harapan

Inti dari Rokat Tase' adalah doa. Bagi masyarakat nelayan, laut adalah ladang penghidupan sekaligus ancaman. Oleh karena itu, mereka memanjatkan doa untuk keselamatan, perlindungan dari marabahaya, dan hasil tangkapan yang melimpah. Tradisi ini mengingatkan bahwa di tengah keterbatasan manusia, Tuhan adalah sumber utama rezeki dan keselamatan.

2. Persembahan kepada Penguasa Laut

Sesaji dalam Rokat Tase' terdiri atas makanan, buah-buahan, dan barang-barang yang

diletakkan di atas perahu kecil (parao letek). Setelah dibacakan doa dan mantra, perahu ini dilarungkan ke laut. Prosesi ini adalah simbol rasa syukur masyarakat atas hasil laut yang telah menghidupi mereka sekaligus bentuk penghormatan kepada alam yang menjadi sumber kehidupan mereka.

3. Kebersamaan dan Solidaritas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline