Hal itu diulas Mohammad Ahmad Kamel Sarhan remaja 13 tahun asal Gaza saat diwawancarai wartawan Middleeasteye, Ahmed Aziz dirumah duka Khan Younis, Gaza Selatan.
Dilansir pada laman middleeasteye.net yang terbit, Selasa (27/05/2025). Peristiwa berlangsung dipukul 6 pagi saat suara rentetan tembakan senjata membangunkan remaja itu dari tidurnya pada 19 Mei 2025.
"Saya sedang tertidur pada pukul 6 pagi, tiba-tiba mendengar suara ledakan," katanya.
Pengepungan tersebut dilakukan oleh pasukan Israel yang merupakan bagian dari operasi khusus bertujuan untuk menangkap ayahnya, atau keluarga Sarhan, seorang pemimpin senior Brigade Nasser Salah Al-Din, sayap militer bersenjata Komite Perlawanan Rakyat Palestina.
Hari nahas itu, membuat dunia Mohammad Ahmad Kamel Sarhan "jungkir balik". Diusianya yang masih terbilang muda, ia harus menerima kekejian yang dilakukan oleh pasukan Israel.
Dengan jeli, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika pasukan Israel bersenjata lengkap, mengokang dan menembaki secara acak dinding dan langit-langit rumahnya.
Dalam keterangannya, ia tidur dalam satu ruangan sisa reruntuhan rumahnya yang hancur bersama Ayah dan Ibu beserta keempat saudaranya yakni, Yusuf, 2 tahun, Jude, 9 tahun, Mahmoud, 10 tahun, dan Wael, 11 tahun.
"Kami semua tinggal Bersama, saya, orang tua saya, dan saudara-saudara saya, dalam satu kamar dengan dapur dan kamar mandi, semuanya dibangun di atas reruntuhan rumah kami yang hancur," jelasnya.
Ia meneruskan, sang Ayah sedang berada di kamar mandi ketika penyerbuan keji itu dilakukan, ia mengaku betapa pasukan Israel secara brutal memukul saudara-saudaranya, membenturkan kepala Ibunya ke tembok persis dihadapannya.
Tak hanya pemukulan, pasukan Israel juga membawa seekor anjing yang sudah terlatih secara militer, menyerangnya dan mencoba menggigit ibunya, namun ia melawan dan mengusirnya.
"Setelah itu, mereka memukuli saya dan saudara-saudara saya. Mereka membanting kepala Ibu saya ke tembok didepan kami, lalu mengikatnya dan mengikat saya juga," kenangnya.