Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line merupakan moda transportasi publik yang berada di darat berbasis rel. KRL Commuter Line ada di wilayah Jabodetabek dan lintas Yogyakarta-Palur.
Commuter line terus mengalami perubahan. Transformasi berbagai aspek termasuk integrasi dengan berbagai moda transportasi, membawa kereta commuter ke era yang semakin baik. Commuter line menjadi alat transportasi andalan untuk berbagai keperluan, termasuk wisata di kota modern.
Di wilayah Jakarta, kereta commuter telah beroperasi sejak tahun 1925. Dioperasikan oleh PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter) sebagai anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero.
Sebagai moda transportasi yang beroperasi hampir 24 jam dalam sehari, commuter line memiliki tarif yang relatif terjangkau. Kecepatan waktu dan bebas hambatan, juga menjadi pertimbangan bagi warga memilih commuter line untuk mengantarkan berpindah dari satu titik area ke titik area lainnya.
Transformasi di lini commuter line erat kaitannya dengan kebangkitan Kereta Api Indonesia (KAI). Pada era kepemimpinan Direktur Utama bapak Ignasius Jonan, tahun 2009-2014, perbaikan di berbagai aspek mulai tampak. Terus berlanjut kepada bapak Edi Sukmoro hingga kini dijalankan oleh bapak Didiek Hartantyo, sejak tahun 2020.
Sebagai warga pendatang yang tinggal di Jakarta, saya tidak menemui masa di mana penumpang kereta rel listrik (KRL) commuter line, duduk di atap gerbong dan atau bergelantungan di badan kereta.
Ketika saya bermigrasi ke kota ini sekitar 10 tahun yang lalu, era modernisasi telah dimulai. Seluruh KRL ekonomi non-AC (air conditioner/pendingin udara) telah secara resmi ditiadakan. Telah tercipta kereta satu kelas, yaitu commuter line, dengan fasilitas gerbong ber-AC dan posisi seluruh penumpang berada di dalam gerbong kereta.
Transformasi erat kaitannya dengan perubahan dan perbaikan. Perubahan yang menyangkut dan berkaitan dengan segala aspek di dunia perkeretaapian.
- Perbaikan pada jalur-jalur lama dan penambahan jalur baru, seperti Citayam-Nambo.
- Dibangunnya jalur dwiganda, double-double track, terutama pada stasiun simpul, seperti pada Stasiun Manggarai.
- Adanya pembangunan perlintasan tak sebidang berupa jalur layang dan jalur dalam tanah.
- Revitalisasi bangunan stasiun dengan perbaikan pada peron-peron dan fasilitas pendukungnya.
- Perbaikan sistem persinyalan, alat transaksi tiket elektronik, teknologi dan kemudahan akses bagi pengguna dalam memesan tiket.
- Perbaikan kualitas sumber daya manusia.
- Perbaruan gerbong kereta. Untuk meningkatkan kelancaran perjalanan, meminimalisir gangguan, dan tentunya demi keamanan dan kenyamanan pengguna.
- Penambahan gerbong baru. Untuk meningkatkan jadwal perjalanan, mengurai kepadatan, mengurangi penumpukan pengguna di stasiun pada jam sibuk, seperti di Stasiun Manggarai, Duri, dan Tanah Abang.
Integrasi Antar Moda
Adanya tempat transit yang terintegrasi antar moda, memudahkan dan mempercepat penumpang dalam berpindah jalur menuju tujuan. Misalnya pada Stasiun Manggarai.
Manggarai masih terus berbenah. Nantinya difungsikan sebagai stasiun besar dan stasiun utama yang melayani perjalanan kereta dalam kota terintegrasi seperti: commuter line, LRT, Kereta Api (KA) Bandara, juga perjalanan Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ).