Lihat ke Halaman Asli

REDEMPTUS UKAT

Relawan Literasi

Harta Pusaka

Diperbarui: 18 Maret 2025   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah adat Matabesi (Sumber: dailyvoyagers.com)

                Sejak harta pusaka suku dipindahkan ke rumah adat ini kampung kami menjadi mencekam. Banyak orang mengincar harta itu. Sudah seminggu kampung kami dimata -- matai orang asing. Karena itu kepala suku memerintahkan setiap laki -- laki dewasa bergiliran menjaga harta pusaka setiap malam, termasuk aku dan Tua Hale.

                Malam ini adalah giliran jaga kami berdua. Suasananya berbeda dari malam -- malam biasanya. Mendung menyelimuti malam. Tak ada cahaya bulan, apalagi kerlap gemintang di langit. Nyanyi jangkrik terdengar  cepat dan tergesa - gesa. Katak -- katak pun hanya melompat tak berani bersuara.

                Aku mencium aroma bahaya. Bulu badanku merinding.

                "Tak ada apa -- apa." Batinku menghibur.

                Di sampingku Tua Hale tertidur lelap. Tak ada beban sama sekali. Dia seharusnya lebih awas dan tanggap terhadap kemungkinan bahaya yang mengancam.

                "Krekk!" Terdengar suara ranting patah seperti terinjak seseorang. Mataku makin awas mencari dan menelisik asal suara itu.

                 "Siapa di situ?"

Namun suaraku terbuang percuma, tak ada balasan. Degup jantungku makin cepat.

                "Tua Hale, cepat bangun. Sepertinya ada orang yang sementara mengintai kita."

                Tua Hale bangun dengan terburu -- buru. Tak ada waktu baginya menggosok mata. Ia langsung mengambil kelewangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline