Pagi masih sangat terlalu, udara terasa tipis dan dingin, selapis kabut mengambang di atas hamparan rerumputan. Anehnya hatinya terasa hangat, serasa langit di jam sepuluh siang.
Jalan kakinya terhenti di titik sudut jalan yang masih sepi. Menjemput janji.
Langkah yang riang itu tak lama datang, samping halte pinggir jalan. Turun dari bus yang ditunggunya entah berapa lama.
Mata yang membulat dan untaian kisah yang tak henti-henti mengalir dan bersambut begitu saja. Seakan tak pernah ada jeda waktu sebelumnya. Bercerita mengejar waktu-waktu yang lewat, sambil sesekali menyerapahi pemerintah yang kadang tak jelas.
Arunika terus saja semangat berbagi kata dengan Taksa yang hanya senyum memandanginya.
"Aku tak bisa memberimu apa-apa, tak apakah?" Tiba-tiba saja interupsi itu ada.
"Eh?"
"Tapi aku ingin kamu tahu, aku selalu ada.."
Arunika menunggu..
".. dan tak kemana-mana.."
Hening sejenak.