Di suatu pesta arisan sosialita Jakarta, aroma parfum mahal bertabrakan dengan suara cekikikan ala telenovela Latin. Di pojok ruangan, seorang perempuan dengan tas seharga cicilan rumah subsidi berbisik kepada kawannya: "Dia old money, jadi wajar gayanya kalem." Kawan di sebelahnya mengangguk, lalu menimpali sambil menyentuh bros emasnya, "Tapi si itu OKB, ya ampun... dari ujung rambut sampai ujung rekening, semuanya teriak 'baru kaya!'"
Begitulah: old money dan orang kaya baru (OKB), dua kasta dalam dunia harta benda, kini makin sering diperbincangkan, terutama oleh mereka yang... sebenarnya tidak keduanya, tapi gemar bergosip.
Dari Eropa ke Instagram
Istilah old money pertama kali digunakan di abad ke-19 oleh masyarakat Eropa dan Amerika, untuk menyebut keluarga-keluarga yang hartanya sudah numpuk sejak zaman kakek buyut berkuda dan berburu rubah, bukan sejak proyek tol atau endorse skincare viral. Mereka biasanya keturunan bangsawan, industrialis tua, atau---dalam beberapa kasus---pemilik tambang garam yang diwariskan turun-temurun.
Bangsawan Ingris berburu Rubah, Sumber : Istimewa
Istilah ini mulai populer secara global ketika majalah-majalah gaya hidup kelas atas seperti Tatler dan Town & Country mulai mengulas gaya hidup para pewaris kekayaan yang low profile, tapi dompetnya high volume. Namun, ledakan viralitas istilah old money muncul belakangan, ketika TikTok dan Instagram mempopulerkan "old money aesthetic" --- gaya berpakaian seperti bangsawan, meski saldo dompet lebih mirip rakyat jelata.
Majalah Orang Kaya yang banyak mengulas kesederhanaan Old Money, Sumber
Antara Gaya dan Upaya
Old money sejati biasanya tampil kalem, bukan karena mereka tak mampu beli Gucci setiap minggu, tapi karena mereka sudah bosan. Sepatu kulit mereka mengkilap, bukan karena baru beli, tapi karena diwariskan dari ayahnya---beserta bisnis perbankan keluarga. Mereka tidak foto-foto depan private jet, sebab, ya... itu memang kendaraan sehari-hari, bukan properti foto pre-wedding.
Sebaliknya, OKB punya semangat: segala sesuatu harus tampak. Mereka merayakan pencapaian dengan pesta, unggahan Instastory, dan tentu saja, unboxing tas limited edition. Mereka bukan tidak tahu sopan santun, hanya saja kegembiraan atas kekayaan baru kadang membutakan tata krama.
Gila merek melanda kemana-mana hingga banyak brand kw yang menjadi target pembeli yang ingin merasakan barang branded, Sumber: Istimewa