Vaksin Bill Gates yang Diuji Coba di Indonesia
Vaksin yang dimaksud adalah vaksin TBC (Tuberkulosis) yang dikembangkan dengan dukungan dari Bill & Melinda Gates Foundation. Vaksin ini, yang dikenal sebagai M72, telah memasuki uji klinis tahap ketiga di Indonesia, dengan perekrutan peserta selesai pada April 2025. Vaksin ini bertujuan untuk mencegah TBC pada orang dewasa.
Sebagai warga negara dan bagian dari masyarakat yang aktif mengikuti isu-isu global, saya memandang uji coba vaksin Bill Gates di Indonesia sebagai suatu hal yang perlu ditanggapi dengan bijak, tidak hanya dengan emosi atau spekulasi, tetapi juga dengan pemahaman mendalam dari berbagai perspektif---khususnya dari sisi ekonomi, kedaulatan kesehatan, dan kepentingan jangka panjang bangsa.
Secara pribadi, saya tidak menolak kehadiran vaksin hasil kerja sama internasional, termasuk yang didukung oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan ini sudah lama dikenal mendanai berbagai riset kesehatan global, termasuk vaksin malaria, HIV, hingga TBC. Namun, ketika uji coba dilakukan di Indonesia, saya menilai ada beberapa hal krusial yang perlu dikritisi.
Pertama, saya mempertanyakan transparansi. Apakah pemerintah telah secara terbuka menyampaikan kepada publik tentang jenis vaksin yang diuji, proses uji klinisnya, dan pihak-pihak yang terlibat? Karena jika ini menyangkut kesehatan masyarakat, apalagi dalam bentuk uji coba, maka partisipasi publik dan akuntabilitas sangat penting. Jangan sampai masyarakat merasa hanya dijadikan "kelinci percobaan" tanpa kejelasan manfaat.
Kedua, dari kacamata ekonomi, saya melihat ini sebagai peluang sekaligus tantangan. Jika vaksin ini sukses dan terbukti efektif, Indonesia bisa menjadi salah satu negara pertama yang mendapatkan akses, bahkan bisa mengembangkan industri vaksin sendiri ke depan. Tapi jika tidak ada kejelasan tentang alih teknologi, nilai tambah bagi ekonomi nasional, atau jaminan harga terjangkau, maka ini berisiko jadi relasi yang timpang: negara maju untung besar, negara berkembang hanya jadi pasar uji coba.
Ketiga, saya merasa perlu menekankan pentingnya kedaulatan kesehatan. Kita harus membangun kemampuan dalam negeri---baik dari sisi riset, produksi, hingga kebijakan farmasi---agar tidak terus bergantung pada bantuan atau produk asing. Kolaborasi itu sah dan perlu, tapi Indonesia harus punya posisi tawar yang kuat, bukan hanya sebagai penerima, tetapi sebagai mitra sejajar.
Jadi, saya tidak menolak uji coba vaksin dari luar, termasuk dari Bill Gates, tapi saya berharap proses ini dilakukan secara transparan, dengan prinsip keadilan, etika, dan keuntungan yang seimbang bagi Indonesia. Kita harus memastikan bahwa kesehatan rakyat bukan dikomersialisasikan secara sepihak, melainkan dijadikan landasan untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI