Latar belakang diterapkan politik etis di Surabaya
Surabaya pada awal abad ke dua puluh merupakan kota dengan pelabuhan yang sangat maju bahkan melebihi pelabuhan-pelabuhan lainnya di Jawa, dengan majunya pelabuhan Surabaya maka migrasi tak dapat terhindarkan, banyak warga Eropa yang mulai menetap di Surabaya baik itu sebagai pekerja pemerintah Kolonial maupun membuka perusahaan Industri di Surabaya, hal ini yang menyebabkan Surabaya banyak diperhatikan oleh pihak Kolonial Belanda selama masa politik Etis ini, karena banyaknya warga Eropa tentu mereka juga butuh sekolah-sekolah untuk menunjang pendidikan anak-anak mereka, selain faktor tersebut juga majunya perindustrian di Surabaya menjadi salah satu faktor penting berkembangnya pendidikan, karena pemerintah juga memerlukan tenaga kerja murah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri-indutri mereka maupun swasta, karena sektor industri juga di dominasi oleh orang-orang Eropa. Di lain sisi juga tentu untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pelabuhan yang menjadi pemicu gerak utama ekonomi di SurabayaPerkembangan ekonomi yang sangat pesat akibat dari ramainya aktivitas pelabuhan dan industri di Surabaya merupakan faktor penting dari diperhatikannya Surabya pada masa politik etis, karena perkembangan Ekonomi tadi mampu menarik masyarakat dari golongan pribumi Cina Arab bahkan Eropa untuk mendekat dan menetap di Surabaya. Hal ini yang secara tidak langsung juga membuat pihak pemerintah Hindia-Belanda memperhatikan pula sektor pendidikan di Surabaya, karena Surabaya sudah menjadi salah satu kota penting layaknya Batavia sebagai pusat pemerintahan. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang juga semakin tinggi tiap tahunnya. Jadi dapat kita simpulkan faktor-faktor diatas adalah yang membuat pihak Kolonial Hindia-Belanda menjadikan Surabaya sebagai salah satu fokus utama penerapan daro Politik Etis di Hindia-Belanda.
Penerapan sistem irigasi di Surabaya
Di Surabaya penerpan sistem Irigasi pada masa politik etis ini ialah saluran irigasi terbagi menjadi beberapa kategori, antara saluran primer, sekunder, tersier dan kwarter. Secara umum pembangunan saluran primer dan sekunder, sebagai saluran besar dibangun melalui kerja wajib dengan biaya ditanggung dengan pemerintah. Untuk saluran tersier oleh desa atau beberapa desa yang berkepentingan, sedangkan saluran kwater dibuat oleh masing-masing pemilik sawah yang akan menggunakan saluran tersebut. Saluran primer adalah saluran pertama yang menghubungkan langsung dengan sungai atau sumber lain yang diambil airnya untuk pengairan
Penerapan pendidikan di Surabaya
Dalam bidang pendidikan terdapat perkembangan seperti ELS yang mengalami peningkatan masa studi yang awalnya hanya 3 tahun menjadi 7 tahun. Selain itu dalam kurikulum ELS juga ditambah dan menekankan Bahasa Belanda, karena pelajaran akan pemahaman Bahasa Belanda dianggap sangat penting. Dan juga selain itu terdapat sekolah bersubsidi yang didirikan oleh perkumpulan missionaris gereja yaitu Broederschool Santo Yosef dan ELS Broederschool Santo Yosef. Pendidikan untuk etnis Cina pertama kali didirikan oleh perkumpulan Hok Tjiong Hak Kwan yang mendirikan sekolah bernama THHK (Tiong Hwa Hwee Kwan). Pada tahun 1909 pihak Kolonial mendirikan sekolah HCS untuk anak-anak Cina, dan kemudian pada tahun 1913 jumlah HCS bertambah setelah pihak Kolonial mendirikan da HCS lagi, pertama di Grisseescheweg (sekarang Jl. Gresik) jumlah siswa 200, dan yang kedua di Pasar Turi dengan jumlah siswa 209.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI