Lihat ke Halaman Asli

Himam Miladi

TERVERIFIKASI

Penulis

Dibalik Perang Somasi Antara PSSI, Aktivis SOS dan FDSI

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13921000551258195464

[caption id="attachment_321940" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption]

Bermula dari sebuah pernyataan yang cukup kontroversial di sebuah grup rahasia forum sepakbola, aktivis SOS, Apung Widadi terancam somasi oleh PSSI. Pernyataan Apung, bahwa LNM memanfaatkan dana hak siar dari timnas U-19 untuk membiayai Persebaya "palsu" rupanya membuat PSSI kebakaran jenggot. Demi menjaga nama baik Wakil Ketua Umum dan Ketua BTN La Nyalla Matalitti, PSSI pun melayangkan somasi kepada aktivis SOS tersebut untuk segera membuktikan pernyataannya tersebut. Dan jika tidak bisa terbuktikan, PSSI akan membawa pernyataan Apung dengan tuduhan pencemaran nama baik dan fitnah.

Rupanya, tak hanya Apung Widadi saja yang terancam dimasukkan hotel prodeo oleh PSSI. Admin FDSI (Forum Diskusi Suporter Indonesia), sebuah grup yang disetting rahasia di facebook juga ikut-ikutan diseret oleh PSSI. PSSI berencana mensomasi para admin grup tersebut dengan tuduhan mengelola sebuah grup yang banyak memfitnah PSSI. Dasar pertama dari gugatan PSSI terhadap para admin FDSI adalah postingan dari pernyataan Apung Widadi.

Sejatinya, bukan kali ini saja PSSI menerima berbagai kritik, atau yang mereka sebut sebagai fitnah. Beberapa bulan yang lalu, santer berhembus isu tentang penyelewengan dana pembuatan bus khusus timnas U-19. Dalam berita yang pertama kali dirilis oleh detik.com, termuat pernyataan dari sopir bus, bahwa bus timnas U-19 dibuat dengan harga yang cukup fantastis, Rp. 1,3 milyar. Harga tersebut ternyata jauh diatas harga standar bus, apalagi setelah diketahui kemudian bahwa bus yang digunakan ternyata bus modifikasi dari bus bekas. Isu mark up bus timnas ini pun kemudian menyebar di berbagai media, dan juga forum-forum dan grup diskusi sepakbola. Faktanya, pengurus PSSI saat itu terkesan menanggapi dengan santai terhadap gosip tersebut. Barulah setelah banyak media nasional mempertanyakan harga bus yang fantastis, PSSI kemudian segera merilis pernyataan resmi melalui Sekjend Djoko Driyono, bahwa harga bus hanya berkisar Rp. 500 jutaan, dan bukan Rp. 1,3 milyar seperti pernyataan sang sopir. Toh, PSSI juga tidak serta merta mensomasi sopir bus, sebagai sumber awal gosip tersebut.

Namun, lain halnya ketika seorang Apung Widadi melontarkan gosip tentang dana hak siar timnas. Tiba-tiba saja PSSI seperti kebakaran jenggot, dan segera melayangkan somasi. Padahal, yang disebut oleh Apung hanyalah LNM secara personal, bukan PSSI sebagai institusi. Mengapa PSSI yang sibuk membela diri dan melancarkan serangan balik? Apalagi sampai hendak menyeret admin sebuah grup diskusi.

Langkah PSSI ini secara tersirat menyatakan, bahwa pernyataan Apung Widadi paling tidak sudah menyentuh salah satu titik positif dari PSSI dan juga LNM. Bahwa, memang ada yang tidak beres dengan pengelolaan dana hak siar timnas U-19. Logikanya, jika PSSI memang sudah merasa benar dan tidak ada yang salah sedikit pun tentang dana hak siar tersebut, PSSI tak perlu panik. Cukup membuat hak jawab di berbagai media untuk menyanggah pernyataan Apung Widadi tersebut. Sebagai perbandingan, ketika kasus bus timnas mencuat, PSSI menanggapinya dengan santai. Tapi, ternyata tidak untuk kasus kali ini. Seolah-olah memang ada yang sengaja disembunyikan oleh PSSI.

Jika setiap pernyataan yang mengkritisi PSSI dianggap fitnah, dan langsung dikenakan somasi, PSSI ternyata tak ubahnya seperti rejim orde baru, dimana ada yang berseberangan sedikit langsung diberangus dan dimatikan. Akan lebih elegan jika PSSI lebih menggunakan cara-cara persuasif dan cerdas, dengan menggunakan hak jawab mereka serta transparansi untuk lebih meyakinkan publik, bahwa PSSI sekarang sudah on the track.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline