Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Cerpen: Percakapan Kopi Tubruk dan Kopi Latte

Diperbarui: 24 Agustus 2022   19:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar oleh Keith Gillette dari pixabay.com

Jam dinding di salah satu pilar kedai kopi sudah menunjukkan angka 8.40. Bangunan kedai kopi itu didesain dengan banyak bukaan sehingga udara malam dari luar lebih leluasa masuk. 

Jadi tanpa air conditioner pun suhu di dalam tetap sejuk.

Salah satu barista baru selesai meracik segelas kopi tubruk, menggunakan kopi gayo yang aromanya begitu khas dan secangkir kopi latte dengan latte art gambar daun di permukaan cangkir. 

Kedua kopi diletakkan dengan rapi di atas nampan kayu, menunggu diantarkan oleh pelayan kedai kopi ke para pemesannya.

Kedua kopi saling berpandangan dengan sinis sebelum memulai percakapan sengit di antara mereka.

"Heran aku. Hari gini masih ada yang pesan kopi tubruk. Jadul banget!," kata kopi latte ketus.

Kopi tubruk menyahut tidak kalah ketus. "Lah, biar saja, tidak ada masalah. Heh! Kopi pakai ampas itu lebih maskulin tahu, lebih macho!"

"Tapi kopi latte itu lebih kekinian, lebih trendy. Pasti yang pesan kamu itu om-om atau kakek-kakek yang udah bau tanah."

Kopi tubruk mencibir. "Terus yang pesan kamu itu pasti ABG-ABG labil yang rapuh, yang dikit-dikit healing, dikit-dikit healing."

Untunglah pelayan segera datang dan mengangkat nampan, membawa kedua kopi ke para pemesannya. Kalau tidak, entah apa yang terjadi. Mereka pasti sudah adu jotos habis-habisan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline