Lihat ke Halaman Asli

Dodi Mawardi

TERVERIFIKASI

Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Monumen Kresek, Melihat Jejak Makar di Madiun

Diperbarui: 4 Januari 2017   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Madiun punya sejarah kelam pada 1948 silam. Muso dan kawan-kawannya yang tergabung dalam PKI melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan yang sah. Gerakan itu diawali oleh upaya makar akibat kekecewaan kelompok Muso terhadap rencana pembentukan kabinet pimpinan Muhammad Hatta. Kalau terjadi sekarang, mungkin rencana atau niat makar Muso dan kawan-kawan sudah bisa langsung dideteksi oleh kepolisian atau intelijen, sebelum berkembang menjadi gerakan pemberontakan.

Ketika saya berkeliling Madiun, tanpa sengaja di Google Map melihat sebuah tempat bernama monumen Kresek. Tidak ada penjelasan tentang monumen tersebut. Dan belum pernah bertanya ke sanak saudara di Madiun tentang monumen itu. Rasa penasaran saja yang membuat kami (saya dan anak pertama) langsung mendatangi tempat tersebut.

“Ini tempat apa toh pak?” tanya saya ke penjaga tiket monumen, yang duduk di sebuah kursi dengan satu meja, beratapkan payung terpal. Sangat sederhana. Tidak ada tempat petugas piket permanen, yang biasa kita jumpai di tempat-tempat bersejarah lainnya. Harga tiketnya pun hanya Rp 1000,- (seribu rupiah). Tempat uangnya pun cuma berupa kotak kayu. Meski memungut tiket sangat murah, tapi sekilas tempat ini terlihat sangat terawat dan bersih!

Dokumentasi Pribadi

“Ini tempat mengenang kekejaman Muso pada 1948 itu lho mas…” jawabnya, santai.

“Oooo…” mulut saya menganga. Kepala langsung melayang ke peristiwa Madiun 1948, yang pernah saya baca pada masa SD dulu dalam mata pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa).

“Banyak tokoh agama termasuk ulama yang jadi korban di sini mas. Nah, monumen ini untuk mengenang peristiwa itu…” ujar pria usia 40-an tahun itu, menjelaskan agak panjang.

Saya hanya mengangguk-angguk lalu segera masuk ke pelataran monumen.

Luas kawasan monumen ini sekitar 2 hektar. Di areal depan berupa lapangan rumput dengan sejumlah tumbuhan yang menyejukkan. Sebelah kiri, terdapat pendopo yang memungkinkan kita untuk duduk leyeh-leyek bersantai. Dari jalan masuk, kita langsung disambut patung yang berada di ketinggian, menghadap pintu masuk. Di belakangnya ada kolam dan air terjun mini. Di atas patung-patung tersebut, terdapat tempat yang lebih tinggi lagi dan berdiri patung Muso yang sedang mengeksekusi seorang tokoh agama. 

Dokumentasi Pribadi

Tidak jauh dari patung tersebut, terdapat relief cerita pertempuran pasukan pro pemerintah dan pemberontak PKI, serta prasasti peresmian monumen yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Timur Solearso pada 1991. Dari areal paling atas ini, kita dapat melihat seluruh kawasan monumen, yang hijau royo-royo.

Dokumentasi Pribadi

Dengan mengunjungi monumen ini, kita diingatkan untuk tidak melupakan sejarah. Bangsa ini sudah melewati beragam ujian dan cobaan yang berat. Ujian itu bukan berasal dari bangsa lain, melainkan dari bangsa sendiri. Makar dan pemberontakan sudah berulang kali terjadi merongrong pemerintahan yang sah. Namun, rakyat Indonesia selalu mampu mengatasinya, karena berpegang pada persatuan dan kesatuan yang kokoh.

Bagi pengunjung, selain sebagai pengingat sejarah kelam bangsa ini, juga menjadi wahana rileks dan refreshing. Kita bisa berfoto dengan latar panorama yang indah. Suasananya adem, sejuk, menyegarkan, karena wilayah desa Kresek di kecamatan Wungu ini berada di kaki gunung Wilis. Gunung kebanggaan warga Madiun, yang juga diabadikan menjadi nama sejumlah tempat seperti nama stadion sepakbola. Di kawasan ini berdiri sejumlah tempat makan favorit dengan spot-spot fotografi yang menarik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline