Lihat ke Halaman Asli

Bias Asa

Saya adalah seorang yang punya kegemaran mencurahkan isi kepala juga isi hati dalam tulisan

Lara Raga Luka Asa

Diperbarui: 9 Desember 2019   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc.pribadi

   
Suara angin membawah rupa kisah resah.
Aku diam, kelu, beku, pilu
Betapa ingin aku mengutip serpihan rasa sakit
Lalu kusemadikan kedalam bilik sempit agar dada ini tak kian terhimpit.

Aku berusaha tegar kan raga
Meski malam selalu tiba seusai senja
Bukan bermusuhan dengan kelam
Atau takut akan kegelapan
Tapi malam selalu menuntunku pada titik asa yang kerap ku eja
Dan selalu berakhir pada air mata.

Tuhan,
Aku tak berani ajukan tanya
Tapi mengapa selalu saja aku dihempas asa-asa yang tak bisa kugapai menjadi nyata.
Tuhanku
Aku tau rupaku tak pantas untuk sebuah pinta.
Aku papa, aku hina, pendosa

Keraskan lagi hati ini, kumohon
Agar tak terlalu mudah tersayat
Hatiku tak dapat jaga rasaku lagi,
Jika memang aku harus kuat
Beri aku satu pijakan untuk menopang sisa hayat ini,
Tuhan......

Aku tak lagi miliki jemari untuk seka air mata yang terus menghujani bumi jiwaku.
Bahkan bahu malam pun menghindar,
Tak sudi biarkan aku bersandar padanya.
Hingga aku tak bisa rebah dan selalu llalui malam dalam jaga

Suara angin membawa rupa kisa peraduan sunyi pada bilik hatiku
Dan lara yang kukutip kembali menguburi raga jiwaku.
Raga jiwaku lara, asa ku luka,
Aliran darah menganak sungai  dan membenamkan jiwaku dalam aroma anyir yang menyesakkan.

Malam ku panjang
Aku terjaga
Aku terluka
Aku jaga nikmati jutaan luka

Kepahiang, 9 Desember 2019
23.10 wib..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline