Musim haji tahun ini kembali menyapa umat Islam sedunia. Ribuan calon jamaah haji Indonesia, termasuk dari Kalimantan Timur, bersiap berangkat menuju Tanah Suci untuk memenuhi panggilan suci menunaikan rukun Islam kelima. Ibadah haji bukan sekadar perjalanan fisik, tapi juga perjalanan jiwa. Ia menuntut kesiapan lahir-batin, dan lebih jauh lagi, ia mengandung pesan perubahan --- dari sekadar manusia biasa menjadi manusia bertakwa yang lebih matang dalam iman dan amal.
Menjaga Kesehatan, Memahami Prioritas
Satu hal yang sering luput dari perhatian calon jamaah haji adalah pentingnya menjaga kesehatan fisik. Ini penting terutama bagi jamaah yang sudah lanjut usia atau memiliki kondisi tubuh yang rentan. Cuaca panas di Haramain, padatnya jutaan orang yang hadir dari penjuru dunia, serta jarak antar lokasi ibadah yang cukup melelahkan, menuntut stamina dan pengaturan energi yang bijak.
Dalam konteks ini, para jamaah perlu menyadari bahwa dalam pelaksanaan ibadah haji, ada skala prioritas. Dahulukan dan fokuskan pada rukun dan wajib haji. Jangan sampai karena terlalu mengejar amalan-amalan sunnah, justru tubuh kelelahan, bahkan jatuh sakit saat momen paling krusial, seperti wukuf di Arafah. Padahal wukuf adalah inti dari ibadah haji itu sendiri. Nabi SAW bersabda: "Al-hajju 'Arafah" -- "Haji itu adalah wukuf di Arafah" (HR. Tirmidzi).
Luruskan Niat dan Kuatkan Jiwa
Secara spiritual, ibadah haji juga menuntut keteguhan hati dan kejernihan niat. Keberangkatan ke Tanah Suci bukan ajang gengsi sosial. Bukan pula sekadar gelar baru yang disematkan di depan nama. Tapi murni karena panggilan Allah dan dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya.
Para jamaah harus terus menjaga niat yang lurus, memperbanyak kesabaran, mengendalikan emosi, serta menjaga lisan dari kata-kata yang menyakiti. Sebab, ibadah haji seringkali juga diuji oleh hal-hal kecil: antrian panjang, cuaca ekstrem, atau perbedaan karakter jamaah lain. Namun di situlah letak latihan spiritualnya. Siapa yang lulus dari ujian ini dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, maka insyaAllah akan merasakan manisnya keimanan.
Haji Mabrur, Cermin Kepribadian Baru
Dalam sebuah hadis disebutkan:
"Haji yang mabrur itu tidak ada balasan lain baginya kecuali surga." (HR. Bukhari-Muslim)