Lihat ke Halaman Asli

Yulius Roma Patandean

TERVERIFIKASI

Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2024 - I am proud to be an educator

Mengapa Anak Mulai Bosan terhadap Menu Makan Bergizi Gratis?

Diperbarui: 30 September 2025   23:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Murid SD dengan MBG. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kebosanan siswa terhadap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah tantangan yang umum terjadi, tidak hanya di Tana Toraja, tetapi di banyak daerah yang menerapkan program serupa. 

Alasan utama yang menyebabkan kebosanan ini bersifat kompleks, melibatkan aspek rasa, variasi, dan teknis implementasi.

Minimnya Variasi Menu

Ini adalah alasan yang paling sering dikeluhkan. Jika menu yang disajikan cenderung sama atau berganti hanya dalam siklus yang pendek (misalnya, hanya 3-5 menu yang berulang setiap minggu), siswa akan cepat bosan. Kondisi ini pernah  saya temui di sekolah tempat anak saya menerima MBG. Dalam satu minggu, menunya berbahan ayam (bukan ayam kampung).

Dapur penyedia sering kali memprioritaskan kemudahan logistik dan biaya, yang akhirnya membuat pilihan lauk dan sayur menjadi terbatas pada item yang mudah disiapkan dalam jumlah besar (seperti ayam goreng, tumis sayur sederhana, atau nugget).

Meskipun menu sudah memenuhi standar gizi (nasi, protein, sayur, buah), jika bentuk dan jenis olahannya tidak bervariasi, makanan tersebut akan terasa "itu-itu saja" bagi anak.

Kualitas Rasa yang Kurang Menarik

Bagi anak-anak, rasa seringkali lebih penting daripada kandungan gizi. Makanan yang terasa hambar atau kurang familiar di lidah anak-anak dapat membuat mereka menolak menghabiskannya.

Terkadang, dapur penyedia makanan khawatir menambahkan bumbu atau penyedap yang dianggap ttidak sehat agar tetap sesuai dengan konsep makanan bergizi. Akibatnya, rasa masakan menjadi tawar atau kurang menggugah selera.

Jika kualitas bahan baku yang digunakan kurang segar (misalnya ikan amis atau buah yang kurang matang), hal ini akan sangat memengaruhi rasa makanan secara keseluruhan.

Kendala Teknis dan Logistik

Masalah di tingkat operasional dapur dapat memengaruhi kualitas makanan saat sampai di tangan siswa, yang pada akhirnya memicu keengganan untuk makan.

Makanan yang didistribusikan dalam waktu yang lama atau tanpa pengemasan yang memadai bisa menjadi dingin, basi, atau lembek, sehingga mengurangi selera makan. Makanan yang seharusnya dinikmati dalam kondisi hangat, jika disajikan dingin, akan terasa kurang enak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline