Sore 13 May 2025, kutuntun gadis kecilku dari tempat pemberhentian bis menuju rumah yang jaraknya beberapa puluh meter. Sengaja aku tak meminta suamiku untuk menjemput di daycare karena hari itu aku menjemput puteri kami lebih awal untuk menemui dokter, menuntaskan childhood imunisastion (imunisasi wajib bagi anak hingga usia 4 tahun). Jam lima sore, tapi cahaya matahari meredup karena sebentar lagi maghrib tiba. Memasuki musim gugur hari memang terasa pendek, gelap lebih lama daripada siang.
Sesampainya di rumah, aku bergegas memasak untuk makan malam sementara si kecil bermain dengan bonekanya. Kuintip langit dari jendela sudah mulai gelap, ada sebersit kekhawatiran karena suami dan anak lelakiku belum pulang. Tak lama terdengar suara pintu garasi dibuka, tandanya suamiku pulang. Sambil membatalkan puasa dengan makanan seadanya karena memasak belum usai, kuminta suamiku untuk kirim pesan kepada si sulung guna menanyakan keberadaannya.
"Udah Bun. Tapi ceklis satu". Hmm... mungkin HPnya habis baterai. Usai maghrib, tiba-tiba terdengar bunyi pintu depan diketuk. Kuminta suamiku membuka, sementara aku bergegas mengambil kerudung. Sayup terdengar suara seorang perempuan berbicara perihal "robbery". Bergegas aku menuju pintu. Ternyata anakku diantar pulang oleh salah seorang gurunya. Bu Guru menyampaikan bahwa anakku dibegal orang dalam perjalanan pulang sekolah, "but he was save and he is brave" ucapnya.
Sepulang sekolah si sulung dan temannya membeli chips dan salad di sebuah toko tak jauh dari sekolah. Selanjutnya mereka berjalan menuju stasiun. Di perjalanan, di depan sebuah apartemen, mereka berpapasan dengan tiga orang pemuda. Salah seorang dari mereka menanyakan jam. "3.53" jawab anakku. Pemuda tadi kemudian menyingkapkan kaosnya memperlihatkan pisau yang diselipkan di pinggang, "Give me your phone!". "Duh, giliran aku nih" pikir anakku, karena sebelumnya kejadian hampir serupa pernah terjadi pada temannya di tempat yang berbeda. Tak banyak ucap, ia serahkan HP kesayangannya. Begitu pula dengan temannya. Terlalu beresiko jika mereka melawan. Dua lawan tiga, yang dua membawa ransel sekolah yang cukup membebani punggung. Sementara yang tiga ringan tanpa beban di punggung, plus dilengkapi senjata.
Usai kejadian mereka berdua kembali ke toko Chips, mereka menceritakan kejadian yang mereka alami pada orang-orang di sekitar yang kebetulan sudah mereka kenal. Pemilik toko kemudian menelpon polisi. Pada saat bersamaan, seorang guru memasuki toko untuk membeli makanan, dan menanyakan ada apa dua orang siswanya ada di situ. Pak Guru kemudian menelpon seorang guru kelas 11. Sekitar sepuluh menit, delapan orang petugas kepolisian datang. Petugas kepolisian kemudian menanyakan ihwal kejadian. Teman anakku sepertinya cukup syok dengan kejadian yang telah menimpa. Ia kemudian diantarkan oleh Kepala Sekolah pulang ke rumahnya. Sementara anakku berjalan menuju lokasi kejadian sambil menjelaskan detail kejadian yang telah menimpa mereka. "Look! There is a camera there" kata Pak Polisi sambil melambaikan tangan ke arah CCTV.
Rupanya pukul 5 tadi, ada pihak sekolah yang menelpon untuk memberitahukan keadaan anakku dan menyarankan untuk menjemputnya, namun tidak terangkat karena aku sibuk memasak. Maka anakku diantar pulang oleh gurunya. Alhamdulillah para guru sigap. Esok harinya, di portal aplikasi sekolah juga ada pengumuman untuk berhati-hati dan memastikan anak-anak pulang melalui jalan utama dan menghindari jalan yang agak sepi.
Malam itu aku terduduk lunglai, terkejut oleh kejadian yang baru saja menimpa. Alhamdulillah, syukurnya si sulung masih bisa berpikir logis untuk menyelamatkan diri. Kadang tak habis pikir, mengapa kejadian seperti ini terjadi juga di kota yang termasuk salah satu the most liveable city in the world. Tapi memang tak ada yang sempurna di dunia ini. Kebaikan dan kejahatan bisa saja terjadi di manapun kapanpun.
Melbourne, 20 May 2025
Pengingat diri akan fananya dunia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI