- Judul Buku : Alvin Ho
- Pengarang : Lenore Look
- Penerbit : Atria
- Penyunting : Ida Wajdi
- Penerjemah : Ferry Halim
- Tahun terbit : Agustus 2010
- ISBN : 978-979-024-457-3
- Tebal buku : 168 halaman
Alvin Ho, alergi pada anak perempuan, sekolah, dan hal-hal seram lainnya. Pada hari pertama sekolah setelah libur musim panas di kelas dua, ia tidak mampu bicara seperti ketika sedang di rumah karena beranggapan bahwa sekolah itu menyeramkan. Dia bahkan bingung bagaimana cara mengajak berbicara orang lain di sekolah. Dan untuk mengatasi masalah itu, Alvin kemudian menulis rencana cara bergaul di sekolah pada selembar kertas. Namun, apa yang terjadi keesokan harinya di sekolah sangat tidak diharapkan Alvin. Ketika Miss Pestalozzi, wali kelas Alvin menyapa di dekat pintu masuk, Alvin bahkan tidak bisa membalas senyum gurunya itu karena dia tidak bisa menatap Miss Pestalozzi dan merasa pusing.
Dia sangat alergi pada sekolah, tetapi bahkan lebih alergi pada anak perempuan. Ketika teman perempuannya, Flea, menawari Alvin untuk menjadi teman semeja, Alvin bahkan tidak berkutik untuk menjawab ‘tidak’. Tidak ada yang menginginkan anak perempuan sebagai teman sebangku, kecuali mungkin anak perempuan. Menurut Alvin, yang mengerikan dari perempuan adalah mereka bukan anak laki-laki. Sebagian besar anak perempuan tidak becus dalam urusan merampok dan membuat keonaran. Mereka tidak bisa menonjok. Namun, mereka bisa menendang, yang rasanya sakit. Mereka melompat tali terlalu cepat. Mereka membosankan.
Salah satu usaha Alvin Ho untuk menghindari sekolah adalah dengan cara mencari penyakit. Ya, dia senekat itu! Ketika teman sekelasnya, Jules tidak masuk sekolah karena terkena chicken pox atau cacar air, Miss Pestalozzi menghimbau muridnya untuk tidak dekat-dekat dengan sekitaran rumah Jules karena ada kemungkinan mereka akan terkena cacar air. Sepulang sekolah, Alvin dan teman-temannya mengunjungi rumah Jules lewat jendela kamarnya. Mereka penasaran apakah penyakit chicken pox benar-benar bisa menulari mereka atau itu hanya rumor belaka. Dan benar saja, beberapa minggu setelah menjenguk Jules, sekolah ditutup karena banyak anak-anak yang terjangkit penyakit chicken pox.
Tidak ada yang bisa menjelaskan mengapa Alvin Ho tidak bisa bicara di sekolah dan saat les piano. Jadi, sebulan sekali Mom membawa Alvin Ho ke ahli psikoterapi anak-anak untuk mencari akar permasalahannya.
Alvin Ho menghindari kontak mata dan hanya menjawab dengan anggukan ketika sang psiko mengajukan pertanyaan. Alvin juga sangat benci dengan ahli psikoterapi! Ahli psikoterapi adalah orang gila yang sangat cerdas yang perlu dijauhi demi kebaikan diri sendiri. Mereka adalah orang gila di film-film yang tidak ingin kau temui dalam kehidupan nyata. Saking jengkelnya Alvin dengan sang psiko, ia dengan berani memaki sang psiko dengan kalimat ala penyair Shakespiere. Saat tahu sang psiko marah, ia segera kabur dari tempat itu.
Bahasa yang digunakan dalam buku ini sangat ringan tetapi terkesan sedikit kaku karena bahasanya diterjemahkan persis dengan kalimat aslinya tanpa merombak struktur bahasanya sehingga tidak banyak majas di temukan di novel ini. Alur dalam novel ini pun sangat mudah dipahami karena lingkupnya hanya mencakup rumah, sekolah, tempat les piano, tempat ahli psikoterapi dan toko es krim. Buku ini cocok untuk dibaca semua kalangan remaja, mahasiswa, dan anak-anak. Tetapi sangat cocok dibaca untuk remaja dan mahasiswa karena dalam buku ini, ada beberapa kiasan dan umpatan yang tidak sepantasnya anak-anak tahu. Penulis sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca ketika bersantai mengisi waktu luang di sore hari atau ketika jam istirahat kerja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI