Lihat ke Halaman Asli

Radikalisme Itu Anti Kemajuan

Diperbarui: 19 Agustus 2019   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada pidato sidang tahunan pagi ini (16/08/2019), Jokowi kembali menekankan perlunya mewaspadai intoleransi, radikalisme dan terorisme. Mungkin para pendukung khilafah kembali menuduh Jokowi anti islam, tapi pernyataan presiden itu sangat tepat, mengingat masalah besar bangsa kita adalah radikalisme. 

Terlebih, pidato Jokowi juga membahas masa depan Indonesia yang tengah berdiri di ambang kemajuan. Tak bisa dipungkiri, hambatan besar kemajuan itu adalah faham radikal yang masih dianut sebagian masyarakat.

Sebenarnya, radikalisme adalah virus yang bisa menjangkiti faham apapun. Dan sayangnya, virus radikalisme itu tengah bersarang di sebagian kelompok Islam di Indonesia. Ada beberapa catatan yang membuat faham radikal itu selalu berseberangan dengan kemajuan.

1) Berwatak Agresor

Faham radikal selalu melakukan agresi terhadap semua kelompok lain, baik secara halus maupun secara kasar. Secara halus, kelompok radikal menyusup ke kelompok lain, dan berusaha melumpuhkan dari dalam. 

Selain itu, gerakan radikal juga memiliki organ terbuka yang melakukan kampanye dan perlawanan secara agresif. Ketika kelompok-kelompok yang disusupi melemah, organ terbuka ini akan segera mengambil alih kepemimpinan, dan menjadikannya sekutu radikal. 

Maka, ketika gerakan radikal masih ada di Indonesia, mereka akan berusaha mempengaruhi semua kelompok untuk dimobilisasi guna merebut NKRI.

2) Gila Konflik dan Peperangan

Setiap gerakan radikal tak akan berhenti berkonflik, sebelum menguasai seluruh dunia. Ketika berhasil menguasai suatu lembaga, mereka akan memperluas kekuasaannya ke lembaga lain. Begitu menguasai negara, mereka akan akan berusaha menaklukkan negara-negara lain. 

Itu jugalah yang dilakukan ISIS, ketika berhasil menguasai provinsi di Irak, lalu berusaha menguasai seluruh wilayah Irak dan Syuriah. Untung dua negara itu gagal mereka taklukkan. 

Karena begitu berhasil menguasai negara, mereka akan mengobarkan peperangan dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Karena itulah, ideologi-ideologi radikal ini biasa disebut gerakan transnasional, yang menganggap ideologi mereka jauh lagih penting dari negara dan bangsa. Karena itu, mereka merasa berhak merebut dan menunggangi negara demi mencapai tujuannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline