Dakwah dalam Islam sebenarnya bukan cuma soal ajakan beribadah atau jadi pribadi yang sholeh. Lebih dari itu, dakwah juga ikut berperan dalam perubahan sosial, budaya, bahkan sampai ke dunia digital yang kita jalani sekarang.
Kalau dilihat dari sisi ajaran, dakwah tetap berpegang pada Al-Qur'an dan Sunnah. Tapi cara memahaminya tidak bisa kaku. Umat Islam sekarang dituntut untuk melihat ajaran agama dengan konteks, agar dapat nyambung dengan tantangan zaman.
Di sisi sosial, dakwah juga harus peka dengan masyarakat yang beragam, apalagi di Indonesia. Artinya, dakwah sebaiknya tidak eksklusif, tapi bisa jadi ruang dialog dan saling menghargai, agar tetap harmonis di tengah perbedaan.
Dakwah juga punya sisi intelektual. Nggak melulu lewat ceramah di mimbar, tapi bisa berupa gagasan dan diskusi yang relevan dengan isu-isu besar, seperti demokrasi, hak asasi manusia, atau keadilan sosial.
Masuk ke era digital, dakwah jadi makin luas jangkauannya. Media sosial membuat pesan keislaman dapat diakses siapa saja, kapan saja. Tantangannya, muncul juga konten hoaks, dangkal, atau bahkan provokatif. Karena itu, dakwah digital butuh etika seperti harus ramah, menyejukkan, dan membawa moderasi.
Selain itu, ada hal yang sering luput yaitu, dakwah soal lingkungan. Islam sebenarnya mengajarkan manusia sebagai khalifah yang menjaga bumi. Jadi, peduli terhadap alam juga bagian dari iman dan kesholehan.
Singkatnya, dakwah itu punya banyak wajah yaitu ajaran, sosial, intelektual, digital, sampai ekologis. Tantangannya sekarang adalah bagaimana menghadirkan Islam yang benar-benar membawa rahmat bagi semua, menumbuhkan iman, memperkuat akhlak, menjaga keberagaman, menegakkan keadilan, dan merawat bumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI