Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Hati Menuju Puncak Mahameru

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1377345611520936216

Mahameru yang disebut sebagai puncak tertinggi di pulau jawa menjadi daya tarik tersendiri bagi kami, apalagi tidak dipungkiri lagi oleh kami setelah menonton film "5cm"  keinginan kami untuk menaklukan puncak mahameru semakin besar, kami adalah sekelompok mahasiswa Teknik dari Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjumlah 10 orang, yaitu saya sendiri, Asroni (TI), Danial (TI), Alvian (TI), Khafid (TI), Laily (TI), Lukman (TA), Makhrus (TA), Aji (TA), Iis (TA). Kami merencanakan perjalanan untuk melakukan pengibaran bendera pada tanggal 17 Agustus kemarin di puncak Mahameru, dan kami sadar perjalanan ini akan melalui banyak tantangan dan hambatan tentunya, dan nyatanya terbukti benar. Ini adalah kisah catatan perjalanan kami selama 4 hari dalam acara pendakian ke puncak Mahameru.

Sebenarnya ide untuk melakukan "summit attack" ke mahameru adalah ide saya sebelum acara lebaran di sebuah jejaring sosial, lalu teman saya menawarkan ke saya untuk ikut melakukan pendakian bersama teman-teman Teknik Arsitektur yang memang sudah mempunyai rencana pendakian juga ke Mahameru. Setelah melalui banyak perundingan, terkumpulah sekitar 8 orang sesudah acara TM (Technical Meeting) untuk pendakian, yang diketuai oleh teman kami mahasiswa T. Arsitektur bernama Lukman, 5 orang dari Jurusan T. Informatika dan 3 orang dari T. Arsitektur saat itu, dan rencana pemberangkatan yang disepakati adalah 15 Agustus sore untuk menuju rumah teman kami di Poncokusumo menggunakan Jeep dari kenalan Lukman.

Kamis, 15 Agustus 2013.

Saat mengumpulkan peralatan pribadi yang semuanya sudah siap, masalah mulai muncul disini, perlengkapan kelompok yang rencananya kami sewa ternyata stocknya sedang habis, saya dan Alvian yang secara tidak langsung bertugas mengumpulkan peralatan, kalang kabut mencari tempat persewaan dari sore hari, namun akhirnya ada titik terang tempat persewaan di daerah Mergan, sedangkan saat itu lokasi kami berada di wilayah Landungsari, saat itu sudah jam 9 dan rata-rata toko kebanyakan akan tutup, setelah kami menghubungi tempat tersebut dan berunding, akhirnya kami dipersilahkan menuju kelokasi persewaaan dengan waktu 10 menit saja, karena toko akan tutup, bisa dibayangkan dari daerah Landungsari ke Mergan hanya 10 menit, sudah dipastikan tidak ada kata pelan dalam memacu motor matic kami, apalagi Malang agak macet malam itu. Tapi akhirnya setelah perjuangan 10 menit itu, kami dapatkan juga alat yang kami cari dengan susah payah setelah mengelilingi kota Malang dari sore. Dan akhirnyapun rencana keberangkatan kami undur esok paginya pada jam 8.00 Pagi.

Jumat, 16 Agustus 2013.

Pada pagi harinyapun kami lagi-lagi mendapat masalah, kali ini masalahnya adalah tenda yang rencananya akan disediakan oleh teman Lukman yang juga akan ikut dalam pendakian ternyata tidak bisa dipinjam karena yang bersangkutan mengalami musibah dan tidak bisa ikut, masalah yang lain adalah Jeep yang rencananya akan kami gunakan sudah disewa orang lain, alhasil rencana pemberangkatan sudah dipastikan akan molor lagi. Jam 8 saya berinisiatif kembali ke persewaan peralatan yang hari sebelumnya kami datangi bersama lukman, untungnya tenda yang akan disewa masih ada. Setelah itu juga kami mendapat kabar bahwa ada 3 orang teman kami, 2 orang dari TA (Aji dan Iis) dan 1 orang dari TI (Laily) yang secara dadakan memberi tahu ingin ikut juga dan kami dimintai tolong menyewakan tas carrier untuk 1 teman kami. Pada akhirnya, kami menunda perjalanan kembali dan berangkat setelah sholat Jum'at di dekat kontrakan saya. Setelah sholat usai, kami menunggu 3 teman kami tadi untuk bersiap-siap, lalu kami berangkat ke daerah Tumpang pada jam 13.00 siang. Sesampainya di daerah Tumpang kami mencari persewaan Jeep untuk menuju Ranupane di daerah administrasi Lumajang. Biaya sewa Jeep kami adalah Rp. 35.000 / orang, dan biaya parkir motor yang kami bawa adalah Rp. 5.000 /hari, namun masalahnya adalah kami keberatan di biaya parkir, jadi Lukman memberi kami saran untuk membawa motor saja ke Ranupane, jujur saja kami semua merasa keberatan karena medan yang berat untuk ditempuh dengan motor, untungnya si Supir Jeep bapak Arifin menawarkan parkir gratis di rumahnya selama kami mendaki, dan kami menyetujui tawaran tersebut.

[caption id="attachment_274082" align="alignnone" width="300" caption="Istirahat Dekat Pintu Masuk TNBTS"][/caption] Kelompok kami sampai Ranupane pada jam 5.30 saat itu, dan kami harus menerima kekecewaan dikarenakan pos Ranupane ternyata sudah ditutup dan akan dibuka kembali pada jam 8.00 besok pagi, jadi kami terpaksa mengurungkan niat mengikuti acara pengibaran di atas puncak Mahameru tanggal 17 Agustus, dan lagipula kami juga mendenganr kabar bahwa upacara hanya dibatasi sampai kalimati saja, pendakian ke puncak dilarang dikarenakan jumlah pendaki saat itu sudah mencapai 2500 orang lebih. Kami memutuskan untuk bermalam di emperan warung di Ranupane karena sudah terlalu lelah untuk mendirikan tenda malam hari, ini dimaksudkan juga untuk mencari informasi pada para pendaki lain. Pada jam 3.00 pagi harinya kami dibangunkan oleh Lukman karena dia mendengar kabar kalau ada kelompok lain yang akan melakukakn pendakian pada jam 3 pagi dini hari, namun itu perjalanan tanpa melewati pos perizinan. Kami menyetujui dengan alasan jika menunggu pos dibuka, pastinya akan tidak tepat waktu, dikarenakan banyak pendaki turun pada tanggal 17 sesudah upacara dan pos pendakian akan dimundurkan perizinan sekitar siang hari agar jalur pendakian tidak padat dan para pendaki tidak bertabrakan antara yang akan turun dan naik ke atas. Maka pada jam 3.30 pagi kamipun bersama 1 kelompok lain memutuskan untuk berangkat mendaki.

Sabtu, 17 Agustus 2013 - Berangkat Ke Ranukumbolo.

Setelah memutuskan melakukan perjalanan yang saat itu masih dalam kondisi gelap, kami ternyata harus menerima satu kesialan dengan tersesat sebanyak dua kali dalam perjalanan pendakian, pertama kami tidak melihat persimpangan pendakian dan menuju jalur tidak resmi, yaitu jalur ayak-ayak, lalu setelah berbalik arah kelompok kami juga tersesat di menuju kawasan Lumajang, inilah mungkin resiko melakukan pendakian bagi para pemula pada malam hari yang masih minim pengetahuan akan medan disana, jadi sangat tidak disarankan melakukan pendakian pada malam hari bagi pemula pada malam hari. Untungnya jam 6.00 paginya kami mendapat tumpangan Truck dari warga yang berpapasan dengan kami dan mengantar kami ke jalur yang benar dengan membayat biaya Rp. 150.000 karena kita sudah salah arah terlalu jauh. Setelah kembali ke jalur pendakian sebenarnya, kami melanjutkan perjalanan sampai ke pos di Ranukumbolo pada jam 12.00 siang dan mengambil lokasi camp di sebalah utara di seberang lokasi camp pada umumnya dikarenakan lokasi semestinya sudah penuh pendaki lain. Perjalanan sampai Ranukumbolo yang melelahkan karena sempat tersesat ini terbayar lunas begitu melihat indahnya titisan surga di danau Ranukumbolo, meskipun mengurungkan niat kami untuk melakukan pendakian "Summit Attack" 17 Agustus, namun masih ada hari esok yang menurut pendaki lain sudah diperbolehkan menuju puncak pada tanggal itu.

1377266998870475112

Danau Ranukumbolo

Minggu, 18 Agustus 2013 - Summit Attack

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline