Lihat ke Halaman Asli

MMustopa

Mahasiswa

Mitos Penjajahan Mengurai Kekeliruan 350 tahun

Diperbarui: 7 Oktober 2025   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Awal kedatangan belanda

Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia bermula pada tahun 1596, saat mereka mengirim armada dagang pertama untuk memperoleh rempah-rempah yang sangat bernilai di pasar Eropa. Perjalanan ini membuka jalan bagi Belanda untuk ikut bersaing dengan bangsa Portugis dan Spanyol yang sudah lebih dulu hadir di kawasan. Pada tahun 1602, pemerintah Belanda membentuk VOC sebagai kongsi dagang yang diberi hak istimewa, tidak hanya untuk berdagang tetapi juga menjalankan fungsi militer, membuat perjanjian, dan menguasai wilayah tertentu.

Kehadiran VOC menjadikan Belanda memiliki posisi dominan dalam perdagangan Asia, khususnya rempah-rempah dari Maluku, Banten, dan wilayah Nusantara lainnya. Walau sempat berjaya pada abad ke-17, VOC kemudian melemah akibat praktik korupsi, monopoli yang tidak efisien, serta persaingan dengan Inggris dan Perancis. Tahun 1799, VOC resmi dibubarkan, dan sejak itu kekuasaan kolonial beralih langsung ke tangan pemerintah Belanda di bawah nama Hindia Belanda.(Muhammad Basri, Sara Ningtya Ayu, Ghina Nabilla, & Syanti Luara Berutu, 2024).

Kritik Sejarah dan Pembongkaran Fakta

Pernyataan bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun hanyalah mitos yang dilebih-lebihkan. G.J. Resink menegaskan bahwa Belanda baru benar-benar menguasai seluruh Nusantara sekitar 40–50 tahun, bahkan efektifnya hanya 30 tahun sejak jatuhnya Aceh pada 1912 hingga pendudukan Jepang 1942. Fakta sejarah menunjukkan banyak kerajaan masih merdeka hingga abad ke-19, seperti Aceh, Bone, dan Sumba. Nama “Indonesia” sendiri baru dikenal pada 1850, sehingga tidak tepat jika penjajahan dihitung sejak kedatangan Cornelis de Houtman tahun 1596.
Mitos 350 tahun ini muncul dari ucapan pejabat kolonial Belanda dan diperkuat oleh tokoh nasional, termasuk Soekarno dan Muhammad Yamin, sebagai upaya membangkitkan nasionalisme. Sejarawan seperti Asvi Warman Adam, Taufik Abdullah, dan Bambang Purwanto menegaskan bahwa narasi tersebut bukan fakta, melainkan manipulasi sejarah. Dengan demikian, klaim 350 tahun penjajahan hanyalah konstruksi politik, bukan kebenaran historis (Absiroh, 2017)
Faktor yang Membuat Narasi Ini Bertahan
Pernyataan bahwa Indonesia mengalami penjajahan Belanda selama 350 tahun sesungguhnya tidak sepenuhnya tepat. Narasi ini lebih merupakan penyederhanaan sekaligus manipulasi sejarah. Pertama, kekeliruan muncul dari cara menghitung, yaitu mundur dari 1945 ke 1595, saat Cornelis de Houtman tiba di Banten. Kedatangannya sendiri tidak dimaksudkan untuk menjajah, melainkan untuk berdagang. Selain itu, sebutan “Indonesia” baru dikenal pada pertengahan abad ke-19, sehingga tidak mungkin digunakan untuk menyebut kondisi abad ke-16.
Kedua, dominasi Belanda tidak berlaku di seluruh wilayah Nusantara. Beberapa daerah masih mempertahankan kedaulatannya, misalnya Makassar yang melalui perjanjian dengan VOC tetap memiliki hak atas wilayah maritimnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kolonial Belanda tidak merata di seluruh kepulauan. Keempat, gagasan mengenai penjajahan selama 350 tahun lebih banyak digerakkan oleh faktor politik dan semangat nasionalis ketimbang data sejarah yang valid. Narasi tersebut mulai berkembang sekitar tahun 1936 sebagai retorika patriotik untuk membakar semangat anti-kolonialisme masyarakat (Regina, Sucipto, Pratama, & Fauzan, 2024)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline