Lihat ke Halaman Asli

Muh Khamdan

TERVERIFIKASI

Researcher / Analis Kebijakan Publik

Karier Baru di Usia 30-an, Menemukan Tenang Lebih Berharga Daripada Menang

Diperbarui: 25 September 2025   05:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pindah kerja mengejar passion dan budaya kerja yang lebih tenang (Sumber: tempo.co)

Usia 30-an sering dianggap sebagai fase emas dalam perjalanan karier. Banyak orang sudah merasa cukup mapan dengan pekerjaan yang mereka jalani. Namun, justru pada usia ini pula muncul keberanian untuk mengambil langkah besar, pindah karier. Dilema pun lahir antara lega karena akhirnya mendekati passion sejati, atau cemas karena harus merintis dari awal.

Fenomena ini menarik, karena dalam psikologi perkembangan profesi, usia 30-an digolongkan sebagai masa eksplorasi lanjutan. Individu sudah memiliki cukup pengalaman untuk menilai apakah pekerjaan yang mereka jalani sesuai dengan nilai, minat, dan tujuan hidup. Namun, pengalaman itu pula yang menimbulkan ketidakpuasan jika dirasa karier yang ada tidak membawa makna.

Dari perspektif psikologi industri, keputusan pindah karier bukan sekadar emosional, tetapi rasional sekaligus eksistensial. Ada faktor organisasi, lingkungan kerja, dan budaya perusahaan yang bisa mendorong atau menghambat kenyamanan individu. Banyak profesional yang merasa "terjebak" di posisi aman tetapi tidak lagi memberi tantangan, hingga akhirnya memilih jalan baru.

Namun, tidak semua perjalanan mulus. Mereka yang memilih pindah karier sering kali dihadapkan pada gaji yang menurun, hilangnya stabilitas, atau tuntutan untuk belajar ulang dari nol. Secara psikologis, kondisi ini dapat memicu kecemasan, bahkan krisis identitas profesional. Pertanyaan "apakah aku membuat keputusan yang benar?" terus menghantui.

Di sisi lain, ada manis yang tidak ternilai. Banyak yang akhirnya merasakan kebebasan emosional, kebahagiaan, dan energi baru karena bisa bekerja sesuai passion. Dari kacamata klinis, momen ini dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis, mengurangi stres kerja, bahkan memunculkan kembali vitalitas hidup yang sempat hilang.

Keputusan pindah karier di usia 30-an bukan tentang menang atau kalah, melainkan keberanian untuk jujur pada diri sendiri. Dalam jatuh bangun merintis dari awal, kita belajar bahwa ketenangan jiwa jauh lebih berharga daripada sekadar gelar atau angka di slip gaji.

Pindah karier pada usia 30-an kerap menjadi titik balik. Mereka yang berhasil melewati fase adaptasi menemukan ketenangan batin. Alih-alih mengejar kemenangan instan berupa jabatan atau gaji, mereka lebih mencari kebermaknaan. Inilah bentuk transisi motivasi, dari extrinsic reward menuju intrinsic reward.

Meski begitu, transisi ini tetap penuh jatuh bangun. Ada yang menyesal karena realitas tidak sesuai ekspektasi, namun ada pula yang justru lebih kuat setelah mengalami kegagalan awal. Dalam psikologi industri, resilience atau daya ketahanmalaangan adalah kunci yang membedakan keduanya. Individu yang lentur akan mampu menata ulang strategi, bukan menyerah.

Kisah kegagalan di fase ini seringkali lebih berharga daripada kisah sukses. Sebab, kegagalanlah yang mengajarkan tentang batas diri, strategi belajar ulang, dan ketabahan menghadapi dunia kerja yang terus berubah. Justru dari titik terendah, seseorang bisa menemukan arah yang lebih autentik.

Menariknya, di usia 30-an orang sudah memiliki kemampuan refleksi yang lebih matang dibanding usia 20-an. Keputusan pindah karier sering bukan karena ikut tren, melainkan karena kesadaran penuh bahwa hidup terlalu singkat untuk dihabiskan pada pekerjaan yang tidak memberi arti. Refleksi ini yang membuat langkah berani itu lahir.

Bagi sebagian orang, pindah karier menjadi terapi diri. Ada kepuasan batin saat keluar dari lingkaran yang tidak sehat, seperti budaya kerja toksik atau perasaan stagnan. Dari perspektif klinis, perubahan ini bisa menurunkan risiko burnout dan meningkatkan kualitas hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline