Lihat ke Halaman Asli

Mengembara, di Telaga Surga

Diperbarui: 27 September 2023   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


____________________________________

Setiap malam kami berlari menelusuri mimpi dan kopi, Membuat bait-bait puisi saat suasana yang sepi dan juga perih.

Doa-doa menjadi duka saat mereka pergi, api telah menyala di atas bara- bara sentuhan kulit lidah. Luka paling lupa,
Dan Kita hanya  sepasang cinta kedua angsa.

Dunia haruskah sekejam ini pada kita dan cinta? Atau belukar kata yang tersesat di hutan belantara. mungkin inilah awalan dari adam dan hawa tersesat meninggalkan sepotong kurma dari surga

Di surga semua orang memimpikan kebahagiaan, menelan luda dari duri-duri neraka, menyaksikan kami di bakar. Membelai kepala dengan harumnya bunga mawar. Tentu kita akan selamat bukan?

Hidup kita tak harus memimpikan dunia, surga dan neraka. Mimpikan saja kapan kau jatuh cinta, sebab semua manusia telah menjadi rahang-rahang yang gugur membusuk.
menjadi lahan-lahan tandus.

Di telaga itu kami merakit bukit, melukis seekor kijang, menari bersama bidadari.dan pada akhirnya kita selalu tidur memimpikan dosa-dosa yang tergeletak di depan teras daun kamboja.    

Sumber penulis: M. abdul rolobessy




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline