Lihat ke Halaman Asli

Yuka Harguna

FEB Universitas Padjadjaran dan Researcher

Purbaya Menambah Bensin Terhadap Motor Ekonomi Indonesia, Lalu Bagaimana?

Diperbarui: 16 September 2025   20:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Jadi, pemerintah melalui Kementerian Keuangan yang baru, Pak Purbaya, memutuskan untuk menarik dana 200 triliun dari Bank Indonesia dan menempatkannya di 5 Himbara (Himpunan Bank Milik Negara).  Langkah ini diambil sebagai upaya untuk meningkatkan likuiditas di sektor perbankan dan mendorong penyaluran kredit ke sektor riil.  Pak Menkeu dengan lantang mengatakan bahwa nominal uang tersebut ditekankan agar mempercepat perputaran uang di masyarakat sehingga perputaran ekonomi jadi semakin cepat. Tidak boleh ada Dirut bank yang malas. Mereka harus memikirkan projek apa yang mesti disiapkan supaya 200 triliun tersebut tersalurkan 100%.  Selama ini, mereka hanya mampu menyerap 3,5% nya saja. Jangan sampai ada uang mengendap yang mana sebenarnya bisa digunakan untuk menciptakan projek bermanfaat bagi perekonomian negara.

Bank-bank harus lebih proaktif dalam menyalurkan dana tersebut ke masyarakat dan sektor usaha yang benar-benar membutuhkan. Pak Purbaya memberikan satu referensi yaitu Koperasi Merah Putih sebagai salah satu agenda yang layak didanai. Meski begitu, pemerintah juga tengah menyiapkan panduan terkait program-program unggulan pemerintah yang dapat menjadi target perbankan dalam menyalurkan dananya. Harapannya dengan meningkatnya likuiditas, maka suku bunga pinjaman dan deposito akan cenderung turun. Kondisi tersebut akan mengurangi biaya dana (cost of money) dan mendorong investasi masyarakat.

Uang yang sebesar itu ternyata tidak memiliki batas waktu penyimpanan, sehingga tidak seperti deposito. Menkeu lulusan ITB tersebut malah berharap uang tersebut akan terus berputar saja di dalam perekonomian. Perbankan tidak perlu lagi, kalau perlu tidak boleh, menaruh uang di SUN (Surat Utang Negara) hanya karena bunganya besar. Kalau perbankan butuh waktu untuk mematangkan strategi penyaluran uang tersebut ke projek yang tepat, setidaknya likuiditas yang melimpah di perbankan akan menurunkan suku bunga sehingga akan mendorong sendiri permintaan terhadap uang. Menkeu juga telah yakin bahwa kebijakan ini tidak akan memicu inflasi karena kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih berada di bawah potensinya.

Jika kita bahas ke arah kurva IS-LM (Investment Saving - Liquidity of Money), maka singkatnya kebijakan Pak Purbaya tersebut akan menggeser kurva LM ke kanan secara signifikan dan berpotensi menggeser kurva IS ke kanan juga. Kurva LM bergeser ke kanan karena pemindahan dana sebesar 200 triliun rupiah ke perbankan bersifat mengekspansi sektor moneter. Dengan likuiditas yang melimpah di perbankan, penawaran dana pinjaman meningkat drastis. Untuk mendorong penyaluran kredit, bank akan menurunkan suku bunga. Lalu, penurunan suku bunga akan membuat kurva IS bergerak ke bawah, namun masih di kurva yang sama, karena penurunan aktivitas bunga akan mendorong investasi oleh sektor swasta. Pada tahap berikutnya, karena kebijakan ini tidak hanya bersifat pasif (menunggu suku bunga turun) namun ada dorongan kuat dari Menteri Keuangan agar bank proaktif mendanai proyek-proyek spesifik, seperti Koperasi Merah Putih dan program unggulan pemerintah lainnya, maka kebijakan ini akan meningkatkan belanja investasi otonom (autonomous investment) yang tidak bergantung pada suku bunga. Hasil akhirnya adalah peningkatan output ekonomi (PDB) secara substansial dengan tingkat suku bunga yang cenderung lebih rendah. 

Kombinasi dari kedua pergeseran tersebut akan menciptakan titik ekuilibrium baru dalam perekonomian. 

 1. Titik Awal (E): Perekonomian berada pada keseimbangan awal dengan pendapatan Y dan suku bunga r. 

2. Pergeseran Kurva: Kurva LM bergeser signifikan ke kanan (LM), dan kurva IS juga bergeser ke kanan (IS). 

 Titik Akhir (E): Ekuilibrium baru tercapai pada persimpangan IS dan LM. 

 Hasilnya adalah: 

1. Pendapatan Nasional (Y) Meningkat Tajam: Dari Y ke Y, menunjukkan adanya percepatan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan tujuan pemerintah. 

2. Suku Bunga (r) Cenderung Turun: Meskipun pergeseran IS ke kanan memberikan tekanan ke atas pada suku bunga, pergeseran LM ke kanan yang sangat besar (karena injeksi likuiditas masif) akan memberikan tekanan ke bawah yang lebih dominan. Hasil akhirnya adalah suku bunga ekuilibrium yang lebih rendah (r), yang akan mengurangi biaya dana dan mendorong investasi lebih lanjut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline