Lihat ke Halaman Asli

Yamin Mohamad

TERVERIFIKASI

Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Sikap Bijaksana Menghadapi Bahaya Kerumunan Mengerikan

Diperbarui: 1 November 2022   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Diolah dari Canva

Tragedi Kanjuruhan, 01/10/22, masih menyisakan duka yang dalam bagi dunia persepakbolaan tanah air. Lebih dari itu, peristiwa Kanjuruhan merupakan tragedi kemanusiaan yang menewaskan ratusan orang sekaligus dituding sebagai bentuk pengelolaan kerumunan massa yang buruk. 

28 hari setelah Kanjuruhan, di belahan bumi lain, Sabtu, 29/10/2022 lalu, peristiwa kelam Itaewon, Korea Selatan, jejal kerumunan dalam peringatan Halloween merenggut nyawa lebih dari 150 orang. 

Sebagaimana dilansir CNBC, sekitar 100 ribu orang menyumbat jalan-jalan sempit di distrik kehidupan malam Itaewon. Tidak ada keributan. Murni kerumunan. Pengunjung terjebak dalam kerumunan padat dan sesak. Sebagian tewas akibat kehabisan oksigen dan terinjak-injak kerumunan itu sendiri.

Dua peristiwa di atas, dan berbagai tragedi kerumunan di banyak tempat, membuktikan bahwa kerumunan dapat menciptakan petaka yang amat mengerikan. Kerumunan normal dapat dengan cepat berubah menjadi situasi yang menyeramkan jika kerumunan itu mengalami kepadatan berlebih. 

Saat merasa dalam bahaya orang-orang akan menjadi panik lalu bertindak agresif dan situasi bisa menjadi fatal. Terlepas dari baik atau buruknya manajemen kerumunan ada hal lain yang penting untuk dipahami.

dr. Vito Anggarino Damay, Sp.JP, dalam ANTARA, menyebutkan bahwa kekurangan oksigen dalam kerumunan massiv dipicu oleh adanya tekanan tubuh dari semua arah. Akibatnya dada menjadi terhimpit sehingga menyebabkan proses pernapasan tersendat. 

Pada titik ini, ketegangan dan adrenalin muncul. Karbondioksida mengalami peningkatan sehingga pembuluh darah menguncup. Pada saat yang sama, oksigen tidak tersalurkan dengan baik karena fungsi jantung sebagai pompa pembuluh darah dan penghantar oksigen juga mengalami kekurangan oksigen.

Jika jantung sebagai organ pemompa darah pembawa oksigen mengalami kekurangan asupan oksigen (hipoksia) akan berakibat detak jantung melambat  bahkan berhenti sama sekali.

Dua peristiwa di atas cukup menjadi pelajaran kita untuk tetap waspada saat berada dalam kerumunan. Oleh karena itu penting untuk memahami bagaimana menghadapi kerumunan.

Saat tertarik mengikuti kegiatan yang melibatkan kerumunan, Anda perlu secara rasional mempertimbangkan untuk datang ke lokasi. Jika kerumunan tersebut tidak terlalu penting, akan lebih bijaksana jika Anda memilih tidak datang. Analisis tingkat urgensi kehadiran Anda di tempat ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline