Sudah tiga kali anakku minta dibelikan sepatu baru. Ini permintaan keempat. Aku tak ingin anakku sampai lima kali meminta.
Aku pergi ke toko sepatu. Aku pilih sepatu yang harga nya sedang. Tidak terlalu mahal, karena uangku mungkin kurang. Tidak terlalu murah, karena kasihan anakku nanti diledekin temen temen nya di sekolah.
Untung ada yang harga nya pas. Sepatu sekolah memang sudah standar. Hitam putih.
"Bukan yang begini, " kata anakku sambil membuang sepatu yang baru aku belikan.
"Itu sudah yang terbaik, Dul, " jawab ku sedih. Ternyata usaha ku siapa sia.
"Aku pengin yang bisa buat futsal juga. "
"Terus? "
"Makanya kalau mau beli bareng Dul, jadi gak salah. "
Aku terdiam saja. Salah ku juga. Kenapa tadi gak pulang dulu, dan mengajak Dul.
Akhirnya aku bawa kembali sepatu itu untuk ditukar. Untung bisa ditukar.
Saat aku sampai rumah Dul sudah tertidur. Wajahnya seperti wajah capek menjadi orang miskin.