Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Surat untuk Neng (6)

Diperbarui: 8 Mei 2017   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Selamat malam neng.  Ceritaku kali ini agak sedikit rumit.  Aku serasa sedang melangkahkan kaki di pendulum waktu.  Tubuhku tak berbobot.  Seringan kabut.  Sehampa ruang tak bergendang telinga.

Aku sedang mencicipi ekor komet yang menjauh.  Bertahun tahun aku menunggunya mampir di orbit bumi.  Ini seperti cita cita.  Sama ketika Mozart sedang bersamadi merenungkan kelahiran symphony no 25.

Aku yakin bahwa langit itu memang tidak mempunyai tepi neng.  Jika tidak, apakah ada jurang menganga sedalam kawah kawah pluto di sana?  Jika ya, sudah tentu itu adalah hukum Tuhan pada penciptaan semesta.

Sekarang aku menggigil neng.  Suhu udara mendingin seiring dengan kedatangan meteorit terbesar yang kisahnya akan menabrak bumi.  Bagaimana nasib ayam ayamku yang menyukai jagung yang tumbuh di bumi?  Seperti apa akhirnya daun, tomat dan labu-ku yang hanya berbahagia jika aku memetik mereka dengan melantunkan do’a do’a?

Ini semakin rumit neng.  Aku sudahi saja.  Selamat tidur neng. Jangan lupa berdo’a.

Jakarta, 8 mei 2017

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline