Di tengah hijaunya pepohonan dan udara sejuk khas Pulau Samosir, berdiri megah sebuah situs bersejarah yang kian menyedot perhatian wisatawan domestik dan mancanegara: Batu Persidangan Huta Siallagan. Terletak di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, kawasan ini bukan sekadar objek wisata biasa, tetapi menjadi saksi bisu peradaban hukum dan sosial suku Batak sejak ratusan tahun silam.
Pada 17 Mei 2025 pengunjung memadati situs ini, terutama pada akhir pekan. Para wisatawan datang untuk menyaksikan langsung kursi dan meja batu tempat raja-raja Batak dahulu mengadili perkara adat --- mulai dari pencurian hingga pengkhianatan terhadap hukum adat.
Wisata Edukatif Berbalut Budaya
Pengalaman wisata di Batu Persidangan bukan hanya visual, tetapi juga edukatif. Pemandu lokal dengan pakaian adat Batak menjelaskan kepada pengunjung tentang sistem hukum tradisional yang berlaku pada masa itu. Para raja dan penasihat duduk di kursi batu melingkar, sementara terdakwa diposisikan di hadapan mereka --- mencerminkan struktur sosial dan keadilan khas Batak Toba.
"Ini sangat luar biasa. Saya tidak menyangka ada sistem hukum adat yang sudah sekompleks ini di masa lalu," ujar Tamara, wisatawan asal Yogyakarta yang mengunjungi situs tersebut bersama teman-temannya.
Pesona Arsitektur dan Nilai Sejarah
Huta Siallagan tidak hanya menampilkan batu persidangan. Rumah adat Batak dengan ukiran khas dan susunan batu benteng yang kokoh mengelilingi huta (kampung) memperkaya nilai sejarah kawasan ini. Wisatawan bisa melihat secara langsung bagaimana arsitektur tradisional Batak dibangun dengan prinsip kekeluargaan, pertahanan, dan kepercayaan spiritual.
Salah satu daya tarik lainnya adalah patung-patung batu yang dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Banyak pengunjung juga tertarik mencoba mengenakan pakaian adat Batak dan berfoto di sekitar kursi persidangan yang ikonik.
Dukungan Pemerintah dan Pelestarian Budaya
Pemerintah Kabupaten Samosir bersama pelaku wisata lokal terus melakukan pelestarian situs ini dengan membatasi pengunjung secara bertahap dan mengedukasi mereka agar tidak merusak warisan sejarah. Upaya digitalisasi informasi sejarah juga sedang dikembangkan untuk memudahkan akses edukasi bagi generasi muda.
"Kami ingin Batu Persidangan di Huta Siallagan bukan hanya tempat wisata, tapi juga ruang belajar yang membanggakan untuk seluruh masyarakat Batak," ungkap pemandu wisata bapak marga simatupang.