Lihat ke Halaman Asli

Mawan Sidarta S.P.

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Penasaran dengan Makam Tak Bernama dan Sejarah Singkat Sunan Giri

Diperbarui: 10 Oktober 2018   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bermunajad di makam Sunan Giri (dok.pri)

Khusyuk berdoa (bermunajad), melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, membaca Yassin dan Tahlil atau bahkan sekedar Surah Fatikah sudah sepantasnya dilakukan ketika seseorang melalukan ziarah kubur apalagi kalau yang diziarahi itu pusara para wali atau tokoh berjasa (pahlawan) lainnya. Ziarah kubur boleh khusyuk namun yang namanya manusia juga tak bisa lepas dari masalah perut dan kebutuhan lainnya.

Ketika melakukan ziarah kubur ke kompleks makam Sunan Giri yang ada di kawasan Sidomukti, Kebomas-Gresik, Jawa Timur, sebelum sampai di cungkup makam utama yang menjadi persemayaman Sunan Giri, terlihat banyak kita temukan para pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya. 

Lapak pedagang (dok.pri)

Makanan atau kudapan (jajanan) ringan seperti pentol bakso, mie ayam, soto, tahu tek, gorengan, kue-kue ringan serta beraneka es dalam sacetan terlihat mendominasi lapak-lapak pedagang di sana.

Tukang delman Giri (dok.pri)

Beberapa tukang delman (andong) terlihat stand by, bersiap mengantar peziarah atau pengunjung kompleks makam yang ingin berkeliling kawasan sekitar kompleks makam Giri.

Biasanya para peziarah yang hendak mengunjungi pusara Sunan Prapen bisa menyewa delman sebab kalau berjalan kaki jaraknya cukup jauh dari kompleks makam Sunan Giri. 

Pentingnya pemberian tanda nama pada pusara 

Saya katakan cungkup makam utama karena memang di sekitarnya masih banyak kita temukan batu nisan entah siapa yang punya, beberapa diantaranya menjadi milik para wali yang masih keturunan (anak-cucu) Sunan Giri.

Ukiran dengan ornamen menarik yang menghiasi cungkup makam Sunan Giri (dok.pri)

Gaya arsitektur cungkup makam Sunan Giri juga sangat unik. Bangunan pelindung (cungkup) dibuat dari kayu (jati) berukir dengan cat berwarna gradasi coklat tua kemerahan. Ada 2 patung ular berukir, letaknya tepat di depan pintu masuk cungkup makam.

Mungkin kalau bebatuan nisan itu milik orang biasa (bukan tokoh penting) tidak terlalu menjadi masalah meski tidak dicantumkan tanda nama di atas pusaranya. 

Pusara tak bernama (dok.pri)

Sayang kalau pusara sunan atau tokoh-tokoh penting yang masih menjadi kerabat dekatnya terus tidak dikenali peziarah gegara tidak dilengkapi tanda nama pada batu nisannya. 

Mungkin sebelumnya sudah dipasang tanda nama pada setiap kuburan yang dikenal tapi kemudian hilang karena keisengan peziarah atau rusak dimakan sang waktu. Kadang bagi sebagian peziarah mungkin timbul rasa penasaran, siapa tokoh penting (sunan) yang terbaring abadi dalam pusara itu?

Itu seperti yang saya saksikan saat berziarah ke kompleks makam Sunan Giri belum lama ini. Sebelum masuk cungkup utama, peziarah pasti menemukan banyak makam, diantaranya milik Sunan Sedo Margi yang masih keturunan Sunan Giri. 

Beberapa lagi kuburan yang diperkirakan masih keturunan dekat para sunan tadi. Sayangnya pengelola situs makam Sunan Giri tidak memasang papan (tanda) nama pada beberapa kuburan tadi agar para peziarah menjadi tahu siapa pemilik makam itu. 

Mungkin pemberian tanda nama ini cukup penting terutama bagi para pelajar, mahasiswa atau siapa saja yang memang punya ketertarikan pada sejarah. Tanda nama milik Sunan Sedo Margi sendiri juga terlihat usang, untungnya masih terbaca. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline