Pendahuluan
Di era revolusi industri 4.0, transformasi digital menjadi keniscayaan. Ekonomi digital tumbuh pesat, ditandai dengan maraknya platform e- commerce, layanan keuangan digital (fintech), dan ekonomi berbasis aplikasi. Namun, pertumbuhan ini tidak merata. Masyarakat menengah ke bawah, terutama di daerah pedesaan dan pinggiran kota, masih menghadapi kesenjangan digital-baik dari sisi akses infrastruktur, literasi teknologi, maupun keterampilan digital.
Di sinilah peran mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) menjadi sangat strategis. Dengan akses pengetahuan, teknologi, dan energi sosial yang tinggi, mahasiswa dapat menjadi jembatan digital yang menghubungkan masyarakat yang tertinggal dengan peluang ekonomi digital. Melalui program pengabdian masyarakat, pendidikan informal, dan pendampingan UMKM lokal, mahasiswa tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membuka akses ekonomi baru bagi kelompok rentan.
Isi
1. Kesenjangan Digital dan Dampaknya terhadap Ekonomi Rakyat
Kesenjangan digital (digital divide) di Indonesia masih lebar. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo, 2023) menunjukkan bahwa tingkat penetrasi internet di perkotaan mencapai 85%, sementara di pedesaan hanya 52%. Selain infrastruktur, faktor utama lainnya adalah rendahnya literasi digital. Menurut survei APJII (2022), lebih dari 60% pelaku UMKM di daerah belum memanfaatkan platform digital untuk pemasaran atau transaksi.
Kondisi ini menghambat partisipasi masyarakat menengah ke bawah dalam ekosistem ekonomi digital yang bernilai Rp 3.748 triliun pada tahun 2023 (Google, Temasek, & Bain, 2023). Tanpa intervensi, kesenjangan ini akan semakin memperlebar jurang ketimpangan ekonomi.
2. Mahasiswa sebagai Agen Literasi Digital
Mahasiswa, terutama dari jurusan ekonomi, teknik, dan ilmu komputer, memiliki kapasitas unik untuk menjadi pelopor literasi digital. Mereka tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memahami konteks sosial dan ekonomi masyarakat lokal melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), pengabdian masyarakat, atau gerakan sosial kampus.
Studi oleh Prasetyo & Sari (2021) dalam Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (JPM) menunjukkan bahwa program pelatihan digital yang dipandu mahasiswa meningkatkan kemampuan UMKM dalam menggunakan marketplace seperti Tokopedia dan Shopee sebesar 78% dalam waktu tiga bulan. Pelatihan yang diberikan mencakup pembuatan akun, pengelolaan toko online, penggunaan metode pembayaran digital, dan strategi pemasaran media sosial.
3. Pendampingan UMKM Berbasis Digital