Perjalanan ke Malaysia kali ini memberi saya banyak pelajaran berharga. Jarak Aceh ke Kuala Lumpur hanya 90 menit. Harga tiket cukup bersahabat. Rp500.000 sudah bisa mendapatkan tiket promo Super Jet atau Air Asia.
Berbeda dengan tiket ke Jakarta yang super mengeringkan saldo. Perjalanan ke Malaysia tidak untuk sekedar melancong, tapi belajar tentang kehidupan di kota, bahasa, dan tentunya budaya.
Setelah sekian tahun tidak menginjakkan kaki di Malaysia, kali ini saya kembali untuk melihat kemajuan Kuala Lumpur dan mempelajari hal-hal baru.
Transportasi Publik
Rasanya tidak berlebihan jika saya memuji sistem transportasi publik di Kuala Lumpur. Moda transportasi MRT, monorail, LRT dan bus, semua terintegrasi dengan baik.
Fasilitas penunjang berupa toilet, papan pengumuman, petunjuk arah, tempat membeli tiket, pengisian topup kartu tersedia hampir di setiap stasiun pemberhentian.
Petunjuk Arah | Dokumentasi Masykur
Petugas selalu terlihat membantu calon penumpang dan mengarahkan ke tempat tujuan. Satu hal yang sangat membekas di mata yaitu kebersihan. Tidak ada sampah sama sekali di sekitar stasiun, dalam kereta api, atau di area pemberhentian.
Hal ini tidak sematra-mata berlaku di Kuala Lumpur sebagai Ibu Kota negara. Saya juga menyaksikan keadaan serupa di Pulau Penang yang berjarak 5 jam perjalanan bus dari Kuala Lumpur.
Masyarakat sangat patuh mengikuti aturan yang sudah tertulis. Semua saling mengingatkan dan menghargai. Tidak pernah ada saling dorong, berbicara keras, atau mungkin saling serobot. Semua tertib dan berperilaku sopan di transportasi publik.
Turis menyebrang jalan di pusat kota Kuala Lumpur | Dokumentasi Masykur
Tarif transportasi publik tergolong murah. Antar stasiun hanya RM1.5-3, sekitar 5-10 ribu. Tergantung jarak tempuh yang dipilih penumpang. Bagi saya pribadi, nilai tiket yang dipatok pemerintah sangat murah mengingat nilai efisiensi waktu dan kemudahan berpindah dari satu stasiun ke stasiun lainnya.