Lihat ke Halaman Asli

Fathan Muhammad Taufiq

TERVERIFIKASI

PNS yang punya hobi menulis

Budi Daya Kentang Organik Menguntungkan Petani Gayo

Diperbarui: 20 Januari 2017   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1, Penyuluh pertanian memanen kentang bersama kelompok tani (Doc. FMT)

Kecamatan Atu Lintang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah yang berada di kawasan perbukitan dengan ketinggian 1.600 sampai 1.800 meter di atas permukaan laut. Berhawa sejuk dengan jenis tanah dominan podsolid merah kuning, sangat sesuai untuk pengembangan budi daya hortikultura dataran tinggi. Tingkat kesuburan tanah yang masih relatif tinggi membuat berbagai jenis sayuran seperti kentang, kol, wortel, tomat, kol bunga, dan sebagainya tumbuh dan berkembang dengan baik di wilayah ini. Begitu juga dengan buah-buahan seperti jeruk keprok, jeruk siam, dan apel juga tumbuh dengan baik di lahan-lahan petani yang merupakan kawasan eks permukiman transmigrasi ini.

Kentang Granola
Salah satu komoditi sayuran yang dominan dihasilkan oleh para petani di kecamatan ini adalah kentang, khususnya varietas granola. Dalam beberapa tahun terakhir, ratusan hektar tanaman kentang telah dibudidayakan oleh para petani nyaris sepanjang musim, sehingga daerah ini dikenal sebagai sentra produksi kentang di Dataran Tinggi Gayo. Setiap hari puluhan ton kentang keluar dari daerah ini untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal di Kota Takengon dan sekitarnya maupun pasar luar daerah seperti Banda Aceh, Lhokseumawe, dan Medan. Akses transportasi yang didukung infrastruktur jalan menuju kawasan ini yang sudah baik sangat membantu petani dalam memasarkan hasil pertanian mereka.

Namun, perkembangan luas lahan pertanaman kentang yang begitu pesat, kemudian diikuti dengan meningkatnya penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Penggunaan bahan kimia ini, dalam jangka pendek memang menguntungkan petani, tapi dalam jangka panjang tentu akan berakibat pada kerusakan lingkungan yang pada akhirnya akan merugikan petani sendiri. Kondisi seperti inilah yang membuat Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Atu Lintang, Armia Putra, SP merasa prihatin, karena produk pertanian yang mengandung residu bahan kimia yang berlebihan tentu tidak aman untuk dikonsumsi dan tidak akan bisa menembus pasar produk pertanian organik. Yang belakangan mulai menjadi tren konsumen.

Bermula dari keprihatinannya itu, kemudian Armia bersama para penyuluh yang ada di wilayah tersebut mulai menyosialisasikan pola budi daya kentang organik yang hanya menggunakan pupuk dan pestisida nabati yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi. Dari pengalaman Armia sebelum bertugas di BPP Atu Lintang, penggunaan material organik dalam budi daya kentang, memiliki beberapa keunggulan, di antaranya daya simpan hasil panen relatif lebih lama dan harga produk organik di pasaran juga lebih tinggi. Demikian juga dengan permintaan konsumen akan produk pertanian organik, dari waktu ke waktu juga terus mengalami peningkatan. Budi daya tanaman secara organik juga bisa menekan biaya produksi karena harga pupuk maupun pestisida organik jauh lebih murah dibanding pupuk dan pestisida kimia sehingga keuntungan petani bisa lebih besar.

Tak cukup dengan sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU) ke lahan-lahan kentang milik petani atau kelompok tani, Armia dan kawan-kawan kemudian tergerak untuk memberikan contoh langsung kepada para petani melalui demplot percontohan, tapi untuk merealisasikan rencananya itu, dia terkendala dengan ketiadaan biaya. Dia pun mulai memutar otak untuk bisa membuat demplot percontohan tanpa harus menunggu bantuan dana dari pemerintah. 

Berkat kedekatannya dengan para petani dan kelompok tani yang telah terjalin dengan baik selama ini, Armia kemudian berhasil merangkul Kelompok Tani Antara Satu di desa Merah Pupok untuk menjalin kerja sama pembuatan demplot budi daya kentang organik. Merasa yakin bahwa demplot percontohan itu akan berhasil, Winarto, sang ketua kelompok tani kemudian menghimpun dana dari para anggota kelompoknya, terkumpullah dana sebesar 75 juta rupiah yang kemudian digunakan untuk pengadaan bibit, pupuk organik dan biaya pengolahan lahan.

Berkat bimbingan intensif dari para penyuluh pertanian yang ada di BPP Atu Lintang, demplot hasil kerja sama penyuluh dengan kelompok tani itu berhasil direalisasikan di atas lahan seluas 1,5 hektar. Menggunakan bibit terseleksi dan pupuk organik yang cukup, tanaman kentang itu pun tumbuh dengan sangat baik dan relatif lebih tahan dari serangan hama dan penyakit tanaman. Melihat pertumbuhan tanaman yang sangat bagus itu, para penyuluh dan kelompok tani itupun semakin antusias untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan tanaman kentang mereka. Mereka ingin demplot percontohan ini berhasil secara optimal sehingga dapat dijadikan contoh dan ditiru oleh petani maupun kelompok tani lainnya di daerah itu.

Usaha dan kerja keras mereka memang tidak sia-sia, mulai hari Selasa (17/1) kemarin para penyuluh dan petani itu mulai memanen kentang yang mereka tanam sekitar 3,5 bulan yang lalu. Senyum sumringah jelas terlihat di wajah mereka saat mulai mengorek tanah dan meihat umbi kentang yang rata-rata berukuran besar itu. Meski proses panen masih butuh waktu 2 sampai 3 hari lagi, tetapi Armia sudah bisa memprediksi kalau dari lahan demplot seluas 1,5 hektar itu akan menghasilkan produksi tidak kurang dari 30 ton kentang grade A. Dengan harga pasaran saat ini Rp 7.000,- per kilogram, sudah terbayang mereka akan memperoleh hasil sebesar 210 juta rupiah, dan setelah dikurangi dengan biaya produksi, diperkirakan mereka akan memperoleh keuntungan bersih tidak kurang dari 135 juta rupiah.

Gambar 2, Keceriaan menyertai panen kentang pada lahan Demplot percontohan kerjasama penyuluh dengan kelompok tani (Doc. FMT)

“Alhamdulillah, meskipun panen belum selesai, saya sudah bisa prediksikan hasil demplot ini tidak kurang dari 30 ton, dan melihat hasil panen selama dua hari ini, hampir semua kentang yang kami hasilkan masuk kategori grade A, mudah-mudahan ini bisa jadi motivasi bagi petani dan kelompk tani lainnya untuk mulai beralih kepada budidaya kentang organik, karena selain bisa menekan biaya produksi, hasil dari demplot ini sudah membuktikan bahwa dengan pola organik, produktivitas kentang ternyata bisa lebih tinggi dan kualitas produk juga lebih baik” ungkap Armia didampingi ketua kelompok Winarto.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sang Ketua kelompok tani, Winarto, dia semakin yakin bahwa pola budidaya kentang secara organik ini sangat menguntungkan petani,

“Awalnya kami sempat ragu juga, karena modal yang sudah kami tanam cukup besar, tapi begitu melihat pertumbuhan tanaman kentang yang sangat baik, kami jadi optimis bahwa sistim organik ini sangat cocok diterapkan disini, selain produktivitasnya cukup tinggi, ternyata sistim budidaya organik ini juga lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman yang selama ini jadi momok bagi kami dan umbi kentang yang dihasilkan pun rata-rata berukuran besar,” ungkap Winarto berbinar “Insya Allah, kami akan melanjutkan program yang disarankan bapak ibu penyuluh ini dengan areal yang lebih luas, karena kami sudah yakin bahwa pola ini sangat menguntungkan petani” sambungnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline