Lihat ke Halaman Asli

FX Aris Wahyu Prasetyo Saris

Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Menulis Makna (5): Menjadikan Hidup sebagai Permenungan (Retret) Agung

Diperbarui: 2 Juni 2021   18:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. www.theguardian.com

Jika kita memang dapat menciptakan kekayaan atau pun kemiskinan pada diri kita sendiri, maka Tuhan tidak punya kuasa; jika kebahagiaan atau kekecewaan kita bergantung pada apa yang dikatakan orang pada kita, maka para penyebar gosip akan sangat beruntung. (Peribahasa Cina)

Kehidupan adalah sebuah misteri ilahi yang bukan berarti mengabaikan logika pikiran dalam mengurai rahasia Sang Pencipta pada semesta ini. Terkadang menjadi sebuah alasan keengganan untuk mengolah akal lewat berbagai sumber belajar, banyak manusia melegalkan kemalasan berpikir dengan berdalih berserah pada Sang Pencipta. Terasa indah dan mulia dalih itu, walau ketika dicecap lebih dalam, dalih itu hanyalah kesimpulan diri untuk mempertegas kebodohan absolut dalam mengurai rahmat Sang Ilahi.

Justru karena kehidupan ini sangat ilahi dan misteri, Sang Pencipta memberikan kepada manusia sebuah anugerah istimewa, pikiran. Penyerahan diri secara total pada Sang Ilahi bukanlah dengan menerima apa adanya dan berharap segala sesuatu akan baik-baik saja. Lewat anugerah pikiran itu, manusia sebagai makhluk paling istimewa diberi kesempatan untuk menelusuri segala misteri ilahi karya Sang Pencipta dalam hidup ini, hingga pada akhirnya jatuh dalam pelukan Sang Ilahi, dalam kerendahan hati dan kebijaksanaan hidup.

Sang Pencipta punya kuasa apapun atas dunia dan segala isinya, termasuk pada manusia akan dijadikan seperti apa sesuai kehendak-Nya. Kuasa terbesar yang diberikan kepada manusia adalah anugerah kehidupan. Sudah layak dan sepantasnya, jika manusia bersyukur atas kehidupan yang diberikan oleh-Nya setiap hari, atas nafas kehidupan, bahkan atas perlindungan di kala tidur karena Dia tetap menjaga manusia. Kehidupan yang penuh berkah ini sudah seharusnya menjadi kesempatan bagi manusia untuk mengembangkan diri menjadi manusia seutuhnya: menghargai diri, berguna bagi sesama, melindungi alam semesta, dan memuliakan nama-Nya sepanjang masa.

Ilustrasi.www.hidupkristen.com 

Kebahagiaan ataupun kesedihan, keberhasilan ataupun kekecewaan, bahkan sehat ataupun sakit, menjadi bagian refleksi kehidupan manusia untuk melihat kehidupan ini secara bijaksana. Sang Pencipta begitu murah hati dengan memberi kesempatan hidup pada manusia. Kesempatan ini sudah semestinya selalu dimaknai oleh manusia sebagai wujud bakti dan rasa terima kasih pada Sang Ilahi. Segala situasi dan pengalaman hidup manusia dari pagi hingga petang dan kembali pagi lagi, merupakan permenungan (retret) agung sebagai makhluk istimewa yang memiliki pikiran dan hati (nurani).

Di luar diri manusia ada begitu banyak dinamika. Kata-kata begitu kuat menggurat makna dan menusuk rasa. Ada kata-kata yang meneguhkan dan memberi penghiburan sehingga kehadirannya menjadi angin segar yang menyejukkan. Adapula kata-kata yang melukai rasa bahkan mengancam jiwa sampai ke relung-relung hati terdalam sehingga menggugah situasi yang tak jarang mengabaikan akal dan nurani. Ini mencemaskan, mengkhawatirkan, menakutkan, bahkan juga melahirkan sikap anarki yang tak terkendali.

Pada saatnya, manusia harus membangun kehidupannya dalam sebuah proses panjang, terus-menerus dan berkesinambungan dalam penyerahan diri pada Sang Ilahi dengan selalu mengolah budi, nurani, dan relasi. Inilah sebuah permenungan (retret) agung bagi manusia di setiap detik kehidupan. Mari memberi porsi waktu dan energi yang lebih di setiap hari, untuk membangun kesatuan hati dan budi dalam relasi dengan Sang Ilahi untuk hidup yang hakiki. Hidup harus selalu hidup!  

Ilustrasi Menulis Makna. www.industryweek.com

@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline