Lihat ke Halaman Asli

Mahar Prastowo

Ghostwriter | PR | Paralegal

Penjaga Terakhir Hutan Dunia Bertemu di Kongo

Diperbarui: 30 Mei 2025   15:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutan tropis. (foto:Three Basins Summit)

Mereka tidak bicara karbon. Mereka bicara warisan dan luka

Oleh: Mahar Prastowo

BRAZZAVILLE, KONGO ---

Bukan di Davos. Bukan pula di New York. Para penjaga terakhir paru-paru dunia justru berkumpul di Brazzaville, ibu kota kecil di Republik Kongo. Tidak ada lobi mewah. Tidak ada dasi. Tidak ada jargon "net zero" yang biasa jadi menu makan siang para pemimpin dunia. Yang ada: suara dari hutan. Dari akar. Dari mereka yang, selama ini, justru dianggap "penghalang" pembangunan.

Delegasi dari Amazon, Kongo, Kalimantan, hingga Mesoamerika bertemu untuk pertama kalinya dalam First Global Congress of Indigenous Peoples and Local Communities from the Forest Basins. Indonesia mengirim 22 orang. Di antaranya, Sekjen AMAN, Rukka Sombolinggi. Mereka datang bukan untuk memamerkan statistik. Mereka datang membawa luka.

"Kalau terlalu banyak beban administrasi, itu sama saja kita sedang 'menyumbat' penjaga bumi," ujar Rukka di podium Brazzaville, kalimatnya pelan tapi menohok.


Di ruangan itu, tak ada suara pendingin ruangan. Tapi semua tampak hangat. Mereka tidak datang membawa proposal proyek, tetapi membawa pertanyaan yang menggantung selama puluhan tahun: kenapa justru yang paling menjaga bumi malah paling sedikit didengar?


Kita Punya Data

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline