Lihat ke Halaman Asli

Listina Tunggal Dewi

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Taman I love Karawang : Antara Jadi Ikon Atau Terlupakan

Diperbarui: 12 Juli 2025   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

credit : Karawang plus

---Tepat di jantung kota Karawang, berdiri sebuah taman yang pernah menjadi kebanggaan warga: Taman I Love Karawang . Dengan latar tulisan besar berwarna merah-putih bertuliskan "I Karawang", taman ini dulunya menjadi ruang ekspresi publik yang hidup. Warga datang untuk bersantai, anak-anak bermain, remaja berfoto, hingga seniman jalanan memamerkan bakatnya di akhir pekan. Sayangnya, kondisi taman kini seperti kehilangan denyut.

Beberapa fasilitas utama rusak atau memudar. Bangku taman penuh coretan, beberapa lampu taman mati, dan banyak spot yang dulu bersih kini kotor tak terurus. Bau tak sedap kerap tercium dari sudut-sudut tertentu yang tidak terjangkau petugas kebersihan. Padahal, taman ini sempat digadang-gadang jadi ikon kota yang ramah wisatawan dan warga lokal.

Daya Tarik yang Mulai Pudar

Revitalisasi taman sempat dilakukan pada tahun 2018, bersamaan dengan geliat Karawang sebagai kota industri yang juga ingin menampilkan wajah humanis dan ramah masyarakat. Namun seperti banyak proyek ruang terbuka lainnya, perawatan jangka panjang sering kali tak menjadi prioritas . Taman yang tadinya ramai kini sering kosong, kecuali saat akhir pekan. Beberapa warga bahkan memilih taman lain seperti Alun-Alun Karawang atau Taman Keluarga di Galuh Mas yang lebih tertata

Menurut Sari (32), pedagang minuman di sekitar taman, penurunan pengunjung sudah dirasakan sejak tahun 2022. "Dulu ramai, sekarang kadang sampai sore cuma dua-tiga orang duduk di sini. Kalau hujan, banjir kecil juga suka terjadi," ujarnya.

Antara Dibongkar atau Dihidupkan Kembali

Wacana pembongkaran sebagian taman untuk dijadikan lahan parkir dan zona komersial sempat muncul dalam forum Musrenbang Kecamatan. Pemerintah daerah menyatakan bahwa wilayah tersebut "kurang produktif" dan dapat dioptimalkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi mikro. Namun warga dan aktivis lingkungan menilai arah kebijakan tersebut. Jika ruang publik terus digeser oleh proyek komersial, ke mana lagi warga harus mencari tempat untuk sekedar duduk, bernapas, dan bersosialisasi tanpa harus membayar?

Komunitas lokal seperti Karawang Creative Hub mengusulkan pendekatan yang berbeda: menjadikan taman sebagai pusat kegiatan seni, edukasi lingkungan, dan ruang ekspresi anak muda. "Daripada dibongkar, kenapa tidak dihidupkan kembali dengan program rutin? Panggung komunitas, kelas terbuka, sampai pasar kreatif bulanan," ujar Andra, salah satu relawan komunitas.

Ruang Publik Bukan Hiasan Kota

Kondisi Taman I Love Karawang mencerminkan persoalan yang lebih besar: minimnya konsistensi dalam pengelolaan ruang publik di Indonesia. Seringkali dibangun dengan semangat simbolik dan anggaran besar, namun perawatan dan program tidak ada yang diabaikan. Akibatnya, ruang-ruang publik indah di awal justru cepat mati dan ditinggalkan warga.

Padahal, taman kota lebih dari sekadar ruang hijau. Ia adalah tempat anak-anak belajar hidup sosial, warga melepas penat, dan komunitas bertumbuh. Taman adalah wajah kota yang paling jujur---apa yang tampak di sana mencerminkan bagaimana kota itu memperlakukan manusianya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline