Lihat ke Halaman Asli

Leumara Creative

Chef de Cuisine

Tak Ada yang Abadi: Sebuah Renungan tentang Waktu, Kebaikan dan Rendah Hati

Diperbarui: 10 April 2025   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Burung dan Semut (foto kredit:facebook.com)

Ketika burung hidup, ia makan semut. Ketika burung mati, semut yang memakannya.

Waktu berjalan tanpa permisi. Ia tidak meminta izin untuk mengubah apa pun---keadaan, hubungan, bahkan nasib manusia. Hari ini kita bisa berada di puncak kekuasaan, esok hari bisa berada di titik nadir tak berdaya. Hidup tak pernah menjanjikan garis lurus. Ia berputar seperti roda---dan semua yang di atas, bisa turun sewaktu-waktu.

Ilustrasi sederhana tentang burung dan semut ini adalah potret jujur dari siklus kehidupan. Saat burung hidup, ia memakan semut tanpa merasa bersalah. Tapi ketika ia mati, semut datang dan memakannya dengan tenang. Di dalamnya tersembunyi pesan yang dalam: tak ada satu pun posisi di dunia ini yang abadi.

Kehidupan dan Ketidakabadian: Sebuah Kepastian yang Terlupakan

Kita sering kali hidup seakan-akan akan hidup selamanya. Menumpuk kekayaan, mengejar pengakuan, berlomba meninggikan diri---dan lupa bahwa semuanya bisa lenyap dalam hitungan waktu. Lihatlah sejarah. Berapa banyak raja besar yang kini hanya nama dalam buku? Berapa banyak orang kecil yang dikenang karena kebaikan dan kerendahannya?

Kita menolak lupa bahwa hidup ini hanya sementara. Bahwa posisi kita, kekuatan kita, bahkan orang-orang di sekitar kita---semuanya bisa berubah. Dan ketika waktu mengambil peran, ia tak pernah pandang bulu.

Kita terlalu sibuk merasa lebih dari orang lain. Terlalu bangga akan kekuasaan, terlalu tinggi hati karena pencapaian. Namun waktu selalu punya cara menundukkan kita. Dan ketika waktunya tiba, tak ada yang bisa kita lakukan selain menerima bahwa kita tak lagi sekuat dulu.

Memilih Berbuat Baik: Bukan Karena Lemah, Tapi Karena Sadar

Di tengah perubahan yang tak terhindarkan, kebaikan adalah pilihan yang tak pernah keliru. Ia mungkin tak selalu dihargai hari ini, tapi ia akan dikenang lebih lama dari kita sendiri.

Berbuat baik bukan tentang pencitraan. Bukan pula tentang balasan. Berbuat baik adalah tentang memahami bahwa dunia ini terlalu singkat untuk diisi dengan kebencian, kesombongan, atau permusuhan.

Kita tidak pernah tahu siapa yang suatu hari akan membantu kita saat kita jatuh. Mungkin orang yang hari ini kita anggap kecil, atau bahkan yang kita sakiti secara sadar. Maka jangan tunggu menjadi lemah untuk mulai rendah hati. Jadilah orang baik saat kamu masih kuat, masih berpengaruh, dan masih mampu berbuat lebih.

Rendah Hati: Kekuatan yang Tak Banyak Dimiliki

Banyak orang kuat, tapi hanya sedikit yang mampu rendah hati. Rendah hati bukan tentang mengecilkan diri, melainkan menempatkan diri pada tempat yang tepat. Orang rendah hati tidak merasa lebih tinggi, meski berada di puncak. Ia tahu bahwa setiap orang punya cerita, dan setiap jiwa pantas dihargai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline