Mohon tunggu...
Arron Gotama
Arron Gotama Mohon Tunggu... Pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

CC CUP 2025: Piala, Persahabatan, dan Pilihan untuk Bertahan

2 Oktober 2025   15:01 Diperbarui: 2 Oktober 2025   15:01 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertandingan Basket (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di setiap ruang obrolan daring dan status media sosial, muncul sebuah ungkapan yang sederhana namun memprihatinkan jika diperdalami: "Kabur Aja Dulu". Secara sekilas, tiga kata ini mungkin hanya sebagai sebuah ajakan harfiah untuk pergi ke luar negeri. Namun, ungkapan tersebut merupakan simbol kegelisahan generasi muda yang merasa tersudut oleh ketidakpastian. Fenomena #KaburAjaDulu belakangan ini menjadi sangat viral di kalangan anak muda Indonesia, menumbuhkan adanya perasaan bahwa kualitas hidup dalam negeri belum cukup menjanjikan. Biaya pendidikan yang tinggi, penghasilan yang sulit membutuhkan kebutuhan dasar, serta kesempatan kerja yang masih sempit dan kompetitif menjadi tekanan sehari-hari. Tak heran, negara lain dengan sistem yang lebih responsif dan kesempatan yang lebih luas terlihat lebih menjanjikan bagi mereka.

Di sisi lain, #KaburAjaDulu juga memunculkan perdebatan moral. Apakah "kabur" adalah solusi yang etis, atau justru merupakan bentuk pengabaian terhadap tanggung jawab sosial dan kontribusi untuk perubahan di dalam negeri? Ada yang mengatakan bahwa "kabur" bukan berarti menyerah, melainkan cara bertahan untuk mengembangkan diri di luar negeri dan kembali ke Indonesia dengan pengalaman serta keterampilan yang lebih baik. Meskipun demikian, jika banyak anak muda yang memilih kabur, Indonesia akan kehilangan talenta yang justru memperlebar jurang ketidaksetaraan. Kita diajak untuk merenungkan hal ini: bagaimana menciptakan kondisi yang memberi rasa cukup kepada generasi muda agar mereka memiliki alasan kuat untuk tetap tinggal dan berjuang di Indonesia?

Generasi muda sesungguhnya adalah ujung tombak pembangunan bangsa, bukan sekadar pelarian dari permasalahan hari ini. Sebagai harapan pembangun negeri, mereka memerlukan ruang untuk tumbuh, bertanggung jawab, dan memberi kontribusi nyata. Pemerintah dan masyarakat diharapkan untuk menyediakan ruang itu pula. Memberi kesempatan berkiprah melalui ajang seperti CC Cup adalah langkah konkret agar rasa memiliki terhadap tanah air makin tumbuh.

Ruang itu tidak selalu hadir dalam bentuk besar dan formal. Kadang kesempatan sederhana justru lebih terasa membekas. Dari sana, generasi muda belajar arti disiplin, kerja sama, dan persaingan sehat, sesuatu yang jauh lebih bernilai daripada sekadar hiburan sesaat.

Saat sebagian orang ingin kabur, sebagian yang lain menutup pintu keinginan itu dan menjawab kegelisahan dengan keputusan untuk berlatih, menyusun strategi, dan berkumpul. Pada 20 September 2025 di Kolese Kanisius, ratusan anak muda dari 214 sekolah mengambil pilihan itu. Mereka hadir bukan untuk melampiaskan kemarahan, melainkan untuk bertanding dan belajar. CC Cup menjadi sarana yang memperlihatkan bahwa energi muda paling bermakna ketika disalurkan dalam kebersamaan, bukan dipendam dalam kehampaan.

Lebih dari sekadar acara untuk menyelenggarakan kompetisi, CC Cup XL 2025 adalah tempat pembentukan karakter. Para siswa diuji daya tahan mentalnya dalam setiap pertandingan ketegangan dan tantangan, bukan hanya fisik. Di antara sorak penonton dan sorot lampu stadion berlangsung proses internal yang sering tidak tampak, yaitu cara setiap peserta menyikapi tekanan, bertindak adil, dan menerima kekalahan dengan kepala tegak. Jika hal-hal tersebut diatur dengan bijak oleh panitia dan pembimbing, pertandingan dapat menjadi wadah untuk generasi muda menampilkan buah hasil perkembangan dirinya.

Sportivitas juga menuntun mereka untuk membangun relasi yang baik dengan peserta lain. Dalam sela-sela waktu beberapa perlombaan, terlihat para peserta melakukan persiapan dengan lawan kompetisinya. Peserta catur membicarakan strategi dengan rasa semangat, ataupun peserta cubing saling menunjukkan trik cepat memutar rubik. Di tengah suasana kompetitif itu, mereka justru menemukan teman baru dan pengalaman berharga yang membuat lomba terasa lebih hangat. Selain itu, kekerabatan atau hubungan baru itu juga dapat ditumbuhkan di luar pertandingan. CC Cup menjadi tempat perkumpulan yang mempertemukan siswa-siswi dari berbagai latar belakang, bukan hanya untuk unjuk prestasi tetapi juga untuk berbagi cerita dan membangun jaringan pertemanan. Pada hari penutupan dengan konser Bernadya dan Changcuters, semua peserta, panitia, dan penonton larut dalam nyanyian bersama, menutup rangkaian acara dengan rasa kebersamaan yang sulit dilupakan.

Panitia Cubing (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Panitia Cubing (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Hal yang sering terlewatkan adalah penyelenggaraan di balik layar. Seluruh panitia, khususnya panitia kebersihan, keamanan, hingga tim dokumentasi yang mengejar momen semuanya menghadapi tantangan nyata dan mengambil tanggung jawab. Dari pengalaman tersebut mereka belajar menyelesaikan krisis mendadak, berkomunikasi antar pihak, serta menerima konsekuensi akan suatu keputusan. Bagi banyak siswa Kolese Kanisius, pengalaman ini adalah sekolah nilai kerja dan kontribusi sosial. Ketika tindakan mereka menghasilkan dampak nyata, kecenderungan untuk memilih jalan pintas seperti kabur akan berkurang.

Tentu saja, perubahan ini bukan semata-mata tanggung jawab siswa. Sekolah, panitia, dan lembaga pendidikan mesti mengadopsi kebijakan yang konsisten, misalnya refleksi pasca pertandingan, integrasi nilai kejujuran dan sportivitas dalam kurikulum, serta dorongan bagi siswa untuk terlibat dalam pengambilan keputusan. Bila usaha ini dirawat terus-menerus, CC Cup mampu menghasilkan lulusan-lulusan yang berkepemimpinan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun