Lihat ke Halaman Asli

Siluet Hati (Cerpen)

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini sebuah pengakuan dari hati yang terdalam, teruntuk siluet hati yang kini mengisi hari-hari saya menjadi semakin berarti... (Siapa dia? Sebagian besar dari kisah ini adalah curahan yang sebenarnya... tapi bukan berarti semuanya reality ya... happy reading)


...

Dear Senja warna ungu,
Jangan tanya
Mengapa kumenangis,
Karena aku sendiri tak tahu
Bagaimana aku nanti
Bisa menjelaskannya
Ada hujan di sini...
Bukan cinta
Ada hujan di sini
Bukan rindu
Ada hujan di sini
Air mataku

...

"Tiap denting itu menyadarkanku akan waktu yang secepat kilat bergulir membawaku ke usia 20 tahun. Dan kini tepat 15 Desember 2013 yang sunyi. Kumasih menyebut nama itu yang kusebut 'masa lalu'. Senja itu indah, namun kehilangannya membuatku membenci suasana ini. Sunyi tanpa kata darinya. Kehadirannya yang hanya sekilas, semusim melalui waktu bersamanya dan jujur dia adalah pacar pertama yang pernah kumiliki."

Vira, gadis bermata bening itu menuliskan kisah hidupnya, mengadu pada diary ungunya. Iwan, nama masa lalunya, begitu dalam sosok itu masuk dalam pikiran dan hatinya. Keseharian yang dulu dikenangnya, berkeluh kesah bersama, membagi kisah bersama. Dia masih menyimpan semua itu menjadi memori yang takkan terhapus oleh virus apapun. Meski dia sudah memiliki cinta yang lain, tapi kenangan tetap saja kenangan.

***

Merupa denting rindu
Pada rerintiknya yang membasahi bumi cintaku
Adalah rasa bertabur kidung kirana
Tereja bersama bias bianglala
Melesap ke dalam lubuk jiwa paling didamba; paling dicinta...

Vira tergugu, membaca puisi seseorang yang diam-diam merebut perhatiannya. 'Apakah ini pengakuan?' Terbesit tanya yang mendalam atas rasa yang Tuhan hadirkan saat ini. Setelah lewat cerpen, apakah dia akan merebut seluruh perhatian Vira? Mungkin saja jawabnya 'ya'. Kali ini hujan telah berhasil menyemaikan cinta Vira, 'mungkin dia terlahir untukku... ups bukan, tapi aku terlahir untuknya, mungkinkah?' Vira sibuk bertanya-tanya dalam hati, senyum simpul itu mengembang begitu saja. Untuk sesaat, dia melupakan sosok Iwan dari pikirannya. Marun merona di pipinya.

Rerintik pula mengusik hatiku mulai merindumu
Lelaki hujan, lesap cintamu mulai menyemaikan cintaku
Kanvas hidupku mulai berwarna karenamu
Mungkinkah jua engkau adalah sandaran hati dari-Nya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline