Mohon tunggu...
PETRUS PIT SUPARDI
PETRUS PIT SUPARDI Mohon Tunggu... Menulis untuk Perubahan

Musafir di rumah bumi Papua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kematian Guru Melani Wamea dan Diamnya Suara Kenabian Gereja Papua

17 Oktober 2025   18:31 Diperbarui: 17 Oktober 2025   18:38 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Almarhum Ibu Guru Melani M Wamea. Dok.FB Informasi Kejadian Kota Jayapura (IKKJ).

"Di Papua, ada banyak gembala, tapi gembala upahan, sehingga ketika kawanan domba tersesat, terluka dan mati, para gembala itu lari meninggalkannya!"_Petrus Pit Supardi

Jumat, 10 Oktober 2025, menjelang tengah hari, langit di Holuwon, Yahukimo yang cerah seketika mendung dan berkabut. Bukan hujan dan petir datang menyambar, tapi tangan anak Tuhan yang terlupakan membawa petaka. Seorang pemuda gagah, yang mestinya berkarya untuk tanah leluhurnya, justru mengayunkan sebilah parang. Seketika Ibu Guru Melani Wamea jatuh terkulai, menggelinding di antara lereng perbukitan. Keduanya, pelaku dan korban adalah anak Tuhan, yang dibaptis dalam Nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus oleh Pendeta!

Di tengah dukacita itu, hanya ada beberapa Pendeta Jemaat di distrik Holuwon yang bergerak cepat. Mereka bikin tim investigasi. Tak berapa lama mereka dapat mengidentifikasi pelaku. Dan, sekali lagi, pelakunya adalah anak Tuhan. Ironisnya, mengapa anak Tuhan bisa bertindak brutal terhadap sesamanya, apa lagi terhadap seorang perempuan? Suatu tindakan yang jauh dari nilai budaya dan iman Kristen.

Sudah seminggu berlalu, Ibu Guru Melani Wamea pergi ke alam baka. Apakah ada Pimpinan Sinode atau Uskup di tanah Papua ini yang bersuara menyampaikan dukacita dan perlindungan terhadap para pelayan kemanusiaan di tanah ini? Tampaknya, para Gembala sedang tidur lelap. Atau bisa jadi terjaga, tetapi sedang buta dan tuli!

Kepergian Ibu Guru Melani Wamea sekilas tampak tindakan kriminal. Kita belum dapat  memastikan, apakah murni kriminal, atau ada motif lain? Tetapi, apa pun alasannya, peristiwa ini mengingatkan bahwa "ketidakhadiran Gembala di tengah kawanan domba, sangat berdampak buruk terhadap hidup dan masa depan kawanan domba di tanah ini!"

Minimnya perjumpaan dan sapaan Gembala telah menciptakan ruang kosong yang luas. Dan, ruang kosong itu terisi oleh pikiran dan tindakan negatif. Kita menyaksikan tak sedikit anak muda terjerumus ke dalam minuman keras (miras), lem, narkoba, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan, dan lain-lain.

Titik krusial pastoral di tanah Papua saat ini adalah, "Ketidakhadiran Gembala, atau jarang hadir di dalam keluarga-keluarga!" Gembala hanya datang hari Minggu, bikin sedikit khotbah dan selesai. Gembala sibuk urus dirinya dan keluarga. Kawanan domba terlantar, tidak terawat seperti yang Tuhan Yesus kehendaki!

Kita harus jujur mengakui dari lubuk hati paling dalam, bahwa tampaknya para Gembala di tanah Papua ini merupakan Gembala upahan! Mereka bukan gembala sejati. Para gembala upahan itu tidak merasa memiliki kawanan domba. Mereka hanya membaptis dan membiarkannya mati, asal mati di dalam nama Tuhan Yesus Kristus! Sesuatu yang ironis dan memalukan!

Peristiwa kematian Ibu Guru Melani Wamea semestinya menyentak ketidakhadiran Gembala di tengah kehidupan kawanan dombanya! Tetapi, justru para Gembala semakin terlelap. Hanya satu dua gembala yang berusaha mencari kebenaran informasi kejadian dan menyatakan dukacita.  Sedangkan, puluhan Sinode dan Lima Uskup di tanah Papua membisu!

Tabir kematian Ibu Guru Melani Wamea menyingkap ketiadaan Gembala di tanah terberkati ini. Suatu pukulan, sekaligus pengingat bahwa masa depan Papua, sedang berada di ambang kehancurannya, lantaran para Gembala, yang Tuhan utus telah mendua hati! Maka, sebelum murka Allah menjadi nyata, para Gembala mesti bertobat, dan meluruskan serta meratakan jalan Tuhan, agar kawanan domba dapat melintasinya tanpa terantuk dan jatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun