Di era digital yang semakin berkembang ini, sastra anak banyak mengalami perubahan yang sangat pesat. Sastra anak merupakan karya seni yang dirancang khusus untuk anak-anak. Sastra anak biasanya berupa konten yang lebih dari sekadar cerita biasa. Di dalam karya sastra ini mengandung nilai-nilai pendidikan, moral, dan budaya yang sangat penting bagi perkembangan mereka. sastra anak menyajikan karya karya yang mendidik dan kreatif seperti dongeng, puisi anak, cerita rakyat dan masih banyak lagi yang pastinya berfokus pada anak-anak sebagai target utamanya. Dengan adanya teknologi baru, sastra anak mulai di kembangkan secara digital. Sastra anak digital kini bisa diakses melalui smartphone maupun laptop yang memungkinkan karya karya sastra anak dapat dinikmati secara lebih luas. Contoh bentuk sastra anak digital yang berkembang saat ini meliputi e-book, aplikasi, website ataupun media interaktif lainnya yang menyajikan pengalaman membaca yang menarik dan mudah dijangkau. Sastra anak digital memberikan pengalaman kepada anak-anak untuk berinteraksi dengan cara yang menyenangkan dan fleksibel, karena karya sastra digital ini dapat diakses kapan saja dan di mana saja, sehingga memberikan kebebasan dalam menikmati cerita sesuai dengan kenyamanan mereka.
Sastra anak digital tentunya memiliki kelebihan yang menarik nih untuk dibahas. Salah satunya yakni dengan membuka berbagai peluang baru yang dapat mendukung perkembangan anak di Indonesia, baik dalam hal literasi, kreativitas, berpikir kritis, maupun keterampilan digital mereka. Namun sastra anak digital juga membawa sejumlah tantangan yang harus kita hadapi bersama. Untuk itu kita akan membahas bersama mengenai tantangan dan peluang sastra anak dalam pendidikan dasar, untuk mewujudkan generasi kreatif, kritis dan positif. Yuk simak lebih lanjut pembahasannya!
Sastra anak digital memiliki beragam peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung perkembangan literasi dan kreativitas anak diera digital seperti sekarang ini nih teman teman. Yang pertama tidak lain dan tidak bukan yakni sastra anak digital pastinya memiliki akses yang lebih mudah dan luas. Sastra anak digital dapat diakses dengan mudah melalui berbagai perangkat, dan bisa dinikmati kapan saja serta di mana saja, sehingga memberikan kemudahan bagi anak-anak untuk mendapatkan bahan bacaan tanpa batasan fisik. Selain itu, sastra anak digital juga menjadi lebih interaktif. Contohnya seperti adanya suara yang membuat anak anak lebih tertarik, gambar yang bergerak gerak, dan permainan yang dapat meningkatkan minat baca anak-anak. Nah fitur-fitur interaktif ini tidak hanya membuat cerita lebih menarik, tetapi juga membantu anak-anak menjadi lebih terlibat dan meningkatkan pemahaman mereka mengenai materi yang disampaikan. Selanjutnya, sastra anak digital juga ikut berperan dalam meningkatkan keterampilan literasi digital pada anak-anak. Sastra anak digital membuat mereka belajar, bagaimana cara mencari informasi di dunia digital, dan dapat berinteraksi dengan teknologi secara efektif.
Sastra anak digital juga memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak. Dalam pengemasannya, sastra digital menawarkan pengalaman yang lebih imajinatif dan visual, seperti animasi atau karakter 3D, dan efek visual lainnya. Hal ini tentunya tidak hanya memberikan hiburan kepada anak anak, tetapi juga merangsang daya imajinasi anak-anak, dan memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi dunia cerita dengan cara yang lebih aktif dan kreatif. Dengan adanya elemen-elemen tersebut, anak-anak dapat menuangkan pemikirannya menjadi lebih bebas, memiliki imajinasi yang lebih luas, dan mengasah kreativitas mereka melalui interaksi dengan media digital. Yang terakhir yakni sastra anak digital menjadi sebuah konten yang adaptif dan terpersonalisasi, maksudnya sastra anak yang berbasis digital dapat menyesuaikan konten dengan tingkat kemampuan atau minat para pembaca.
Selain peluang, sastra anak digital tentunya memiliki tantangan yang harus dihadapi bersama sama. Tantangan pertama yang harus dihadapi oleh perubahan sastra anak tradisional yang berubah menjadi digital adalah perilaku membaca anak yang dapat berubah seiring dengan waktu. Anak anak lebih cenderung menghabiskan waktu di perangkat digital (smartphone, tablet, komputer) dibandingkan dengan membaca buku fisik. Sehingga dapat mengurangi minat mereka terhadap sastra anak tradisional. Selanjutnya sastra anak digital juga sering membuat konsentrasi anak menjadi terpecah belah, hal itu dikarenakan layar digital yang sering mendapatkan gangguan, seperti adanya notifikasi, iklan, atau game yang dapat mengalihkan perhatian anak dari kegiatan membaca yang fokus dan lebih bermakna.
Selain itu, dengan adanya digitalisasi, konten yang dikonsumsi oleh anak-anak kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Anak anak yang harusnya mengakses sastra anak seperti dongeng, atau cerita yang mendidik, justru sering mendapatkan konten yang tidak sesuai dan relevan dengan apa yang diharapkan. Hal tersebut dapat mengalihkan perhatian anak dari nilai nilai edukatif yang terkandung dalam sastra anak, dan dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosional mereka. Untuk itu sebagai orang tua, anak harus selalu diawasi dengan cermat, sehingga anak tidak terpapar materi yang tidak cocok, seperti kekerasan atau tema tema satra yang terlalu dewasa. Pengawasan yang tepat akan membantu memastikan bahwa anak-anak tetap mengakses konten yang bermanfaat, mendidik, dan sesuai dengan tahap perkembangan mereka, sehingga mereka dapat tumbuh dengan pemahaman yang sehat dan positif tentang dunia di sekitar mereka.
Pada dasarnya tidak semua anak memiliki akses yang memadai untuk mengakses sastra anak digital melalui perangkat digital, seperti komputer, tablet, atau internet. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam menyebarkan konten sastra anak digital, yang bisa menghambat pemerataan pendidikan. Di beberapa daerah atau sekolah, infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung penggunaan teknologi dalam melakukan proses belajar mengajar pun masih terbatas, dan kurang memadai. Banyak orang juga masih belum terampil dalam menggunakan perangkat digital secara efektif dalam konteks mengakses sastra anak digital. Anak anak haruslah mendapatkan panduan yang jelas mengenai cara mengakses dan menggunakan konten sastra digital dengan benar. Tantangan yang terakhir yakni penggunaan konten digital yang dilakukan oleh anak secara terus menerus mengakibatkan kurangnya interaksi sosial dengan teman sebaya mereka. Anak anak mulai kehilangan kesempatan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai apa yang mereka baca, karena mereka tidak melakukan interaksi langsung yang disebabkan sastra anak atau bahan bacaan mereka yang dapat di akses di rumah mereka masing masing
Nah dengan demikian kita harus semakin terbuka terhadap teknologi serta senantiasa memberi pengawasan kepada anak anak, agar lebih bijak dalam mengakses dan mencari informasi mengenai sastra anak digital. Orang tua juga harus terlibat aktif dalam memantau anak anak mereka, karena pada dasarnya sastra anak digital ini sangat berpeluang dalam mengembangkan pendidikan di sekolah dasar, sehingga dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam melaksanakan pembelajaran dasar yang interaktif dan menyenangkan bagi anak anak. Mari kita dukung dan memberikan lebih banyak inovasi mengenai sastra anak digital maupun bidang pendidikan lainnya, agar tercipta generasi penerus bangsa yang cerdas dan memiliki daya saing. Dengan memberikan dukungan dan terus berinovasi dalam pengembangan sastra anak, kita tidak hanya membantu anak-anak untuk berkembang secara kreatif, tetapi juga memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya.
Daftar Pustaka
Fidratul Husnah, Khanifa Intan Yunia, Chandra Chandra, & Ari Suriani. (2024). Tantangan dan Manfaat Membaca Intensif dalam Era Digital Di Sekolah Dasar. Morfologi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra Dan Budaya, 2(3), 325--338. https://doi.org/10.61132/morfologi.v2i3.761
Hanum, C. Z. A. J., Dewi, L. A. A., & Herawati, Y. W. (2024). Pemanfaatan Media Sosial dalam Media Pembelajaran: Tantangan dan Peluang di Pendidikan Sekolah Dasar. Makkareso: Riset Pengabdian Masyarakat, 2, 018--026. https://doi.org/10.35905/makkareso.v1i1.5163