Lihat ke Halaman Asli

Ketika Alam Menjadi Bagian Hidup - Warga Desa Pucungroto dan Hutan Bukit Sipayung yang Mereka Lestarikan

Diperbarui: 15 Oktober 2025   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Hutan Bukit Sipayung (Sumber: Tabita Mayfika Nafiza)

Yogyakarta, 14 Oktober 2025—Desa Pucungroto adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang memiliki wilayah berupa dataran tinggi dan juga dataran rendah. Terletak pada ketinggian 400 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah 1,97 km². Secara administratif, Desa Pucungroto terdiri atas lima dusun, antara lain Jatinan, Krajan, Ngelo, Purwosari, dan Wonoroto, dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sebanyak 2.401 jiwa.

Dusun Wonoroto merupakan salah satu wilayah yang disekitarnya terdapat kawasan hutan, yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai Hutan Bukit Sipayung. Kawasan hutan tersebut masih menjadi habitat bagi beberapa jenis satwa liar. Hutan tersebut juga dimanfaatkan oleh warga yang tinggal di sekitarnya sebagai sumber penghidupan, antara lain untuk menanam tanaman kopi dan mencari rumput sebagai pakan ternak.

Menurut keterangan Musonef, salah satu warga Dusun Wonoroto, beberapa pohon yang ada di kawasan hutan tersebut baru saja ditebang, dan lahan bekas tebangan tersebut rencananya akan ditanami jagung. “Beberapa pohon sempat ditebang, dan lahan bekas tebangannya rencananya akan ditanami jagung, tetapi masih sebatas rencana,” ujarnya saat diwawancarai melalui perantara Tabita Mayfika Nafiza pada Senin (14/10).

Pengelolaan hutan di wilayah tersebut dilakukan secara mandiri oleh masyarakat tanpa campur tangan langsung dari pihak pemerintah. Meski demikian, warga tetap mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di masing-masing wilayah pangkuannya. Salah satu ketentuan tersebut adalah kewajiban membayar iuran tahunan, yang dikenal dengan istilah sharing, sebesar setara satu kilogram kopi bagi setiap penggarap lahan.

Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Tabita Mayfika Nafiza yang juga merupakan salah satu warga di Dusun Wonoroto, hasil panen kopi diperoleh dari lahan yang dikelola oleh masyarakat. Sebagian besar hasil panen dijual ke pasar, sementara sebagian lain dikonsumsi untuk kebutuhan rumah tangga. Sebelum dijual, biji kopi terlebih dahulu melalui proses pengolahan secara tradisional. Setelah dipanen, buah kopi ditumbuk untuk memisahkan bijinya, kemudian dijemur hingga kering sebelum dipasarkan ke pasar. Masyarakat menjual hasil panen tersebut dalam bentuk biji kopi kering, bukan dalam bentuk bubuk kopi.

Selain itu, sistem pengelolaan lahan hutan pada Dusun Wonoroto dilakukan secara turun-temurun, yakni diwariskan dari orang tua kepada anak. Pola pengelolaan ini telah berlangsung lama dan menjadi bagian dari tradisi masyarakat setempat dalam mempertahankan hak kelola lahan. Kondisi tersebut menjadikan lahan hutan sebagai bentuk warisan keluarga yang memiliki nilai sosial sekaligus ekonomi bagi masyarakat.

Musonef menuturkan bahwa kondisi hutan saat ini mengalami perubahan karena sebagian lahan yang telah dipanen belum dilakukan penanaman kembali. Ia berharap masyarakat dapat terus memanfaatkan lahan hutan secara bijak tanpa mengabaikan kelestariannya.
“Harapannya, warga sekitar tetap bisa memanfaatkan lahan hutan ini secara berkelanjutan,” ujarnya.

Sementara itu, Tabita Mayfika Nafiza, salah satu generasi muda asal Dusun Wonoroto, menyampaikan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga kelestarian hutan. “Kayaknya tidak mungkin untuk tidak peduli, karena hutan itu sudah turun-temurun menjadi bagian dari kehidupan warga. Kalau bisa, kami (generasi muda) tetap harus terlibat,” tuturnya. 

Upaya menjaga keberlanjutan hutan menjadi penting bagi masyarakat Dusun Wonoroto, mengingat hutan tidak hanya menjadi sumber ekonomi, tetapi juga penopang keseimbangan lingkungan di wilayah tersebut.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline