Prabowo Menyusuri Jejak Leluhur di Tengah Diplomasi
“Dalam jejak leluhur, kita temukan kekuatan memimpin masa depan.”
Oleh Karnita
Ketika Sejarah Pribadi Bertemu Urusan Negara
Apakah kita pernah merasakan bahwa sejarah keluarga bisa menyentuh urusan negara? Pada Jumat, 26 September 2025, Kompas.com melaporkan kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto ke Den Haag, Belanda, di sela-sela kunjungan kerja resmi. Penulis tertarik menyoroti momen ini karena menghadirkan keseimbangan unik antara diplomasi dan jejak sejarah pribadi, yang relevan bagi masyarakat yang ingin memahami sisi humanis pemimpin.
Bagaimana seorang kepala negara menyeimbangkan agenda resmi dengan ingatan keluarga? Di tengah pertemuan resmi dengan Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima, Prabowo menyempatkan diri berziarah ke makam kakek dan neneknya. Momen ini mengingatkan kita bahwa menghormati akar sejarah pribadi memberi dimensi kemanusiaan yang langka dalam politik modern.
Mengapa ziarah sederhana bisa menjadi simbol diplomasi yang elegan? Kunjungan ini bukan sekadar penghormatan pribadi, tetapi juga menegaskan penguatan hubungan bilateral, termasuk pengembalian artefak dan dokumen bersejarah Indonesia. Relevansi peristiwa ini terasa jelas, karena mengajarkan bahwa memori keluarga dan diplomasi bisa bersinergi dalam harmoni yang menginspirasi.
Jejak Leluhur yang Menyentuh Hati
Presiden Prabowo menunjukkan bahwa seorang pemimpin tetap manusia yang menghormati leluhur. Gestur berdoa di makam kakek dan neneknya memancarkan kesederhanaan dan rasa hormat yang mendalam. Momen ini menjadi cermin bahwa kepemimpinan tidak hanya soal politik, tetapi juga integritas personal.
Ziarah ini mengingatkan publik tentang pentingnya menghargai akar sejarah keluarga. Bahkan di kancah diplomasi internasional, nilai-nilai humanis harus tetap hadir. Kehadiran Prabowo di makam Oud Eik en Duinen mengajak masyarakat untuk menengok kembali warisan emosional dan budaya yang sering terlupakan.