Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Dari Kaca Mata ke Mata Dunia: Misi Kolektif 'Zero Minus' Anak Sekolah Pasca Hari Penglihatan Sedunia

Diperbarui: 15 Oktober 2025   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Anak menjalani tes mata. | Image by Unsplash/Getty Images

Kamis, 9 Oktober 2025, telah menjadi pengingat global akan pentingnya penglihatan. Namun, bagi jutaan anak usia sekolah di Indonesia, hari itu membawa kesadaran pahit, mereka sedang berjuang melawan mata minus yang terus bertambah.

Fenomena mata minus pada anak-anak bukan lagi sekadar masalah kesehatan, melainkan isu nasional yang dapat menghambat potensi sumber daya manusia di masa depan. Kita tidak bisa membiarkan penglihatan yang kabur merampas kesempatan mereka untuk melihat dunia dengan jelas.

Inilah saatnya kita mengaktifkan Misi Kolektif 'Zero Minus'. Ini adalah sebuah gerakan besar yang menuntut kolaborasi semua pihak, dari rumah hingga ruang kelas, untuk membebaskan generasi muda dari belenggu mata minus yang dapat dicegah.

"Zero Minus" di sini bukan berarti menghilangkan semua minus, tetapi menghilangkan kasus kebutaan yang dapat dihindari, dan secara radikal menurunkan tingkat keparahan dan prevalensi mata minus yang membatasi aktivitas anak.

Anak-anak sekolah adalah masa depan. Jika penglihatan mereka terganggu, kemampuan mereka untuk belajar, berkreasi, dan bersaing di panggung global akan tereduksi secara signifikan. Kita harus menjadikan "Hari Penglihatan Sedunia" sebagai titik balik.

Akar Masalah: Lingkungan Belajar dan Gaya Hidup Digital

Mata minus pada anak sekolah meningkat tajam, dan akar masalahnya sangat jelas: perubahan drastis dalam lingkungan belajar dan gaya hidup. Anak-anak kini menghabiskan lebih banyak waktu untuk kegiatan jarak dekat daripada sebelumnya.

Era digital memang membawa kemudahan, tetapi juga jebakan visual. Jam pelajaran daring, tugas sekolah yang menuntut tatap muka dengan tablet atau laptop, dan waktu luang yang diisi dengan smartphone adalah kontributor utama.

Mata anak dirancang untuk melihat jauh, aktif bergerak, dan terpapar cahaya alami. Ketika mereka dipaksa fokus terus-menerus pada layar dekat di dalam ruangan, otot mata mereka bekerja keras tanpa henti, memicu perpanjangan bola mata (miopia).

Selain faktor screen time, kurangnya waktu bermain di luar ruangan adalah faktor yang sering diabaikan. Para ahli kesehatan mata menekankan bahwa paparan cahaya matahari alami sangat penting untuk perkembangan mata yang sehat.

Bermain di luar bukan hanya rekreasi, tetapi terapi alami untuk mata. Ini memaksa mata beralih fokus antara jarak dekat dan jauh, melatih otot mata, dan mendapatkan dosis cahaya yang menyehatkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline