Kabar itu datang pada malam hari, sebuah kejutan manis yang muncul di linimasa media sosial saya. Itu adalah unggahan bahagia dari seorang teman lama yang sudah lama tidak bertemu.
Namanya Cici Maulani. Kami pernah bekerja bersama di Sekretariat Panwascam Kecamatan Arcamanik sekitar tahun 2013. Walaupun singkat, waktu itu cukup untuk mengenal Cici sebagai sosok yang sangat pekerja keras dan disiplin.
Cici, yang berasal dari Tasikmalaya, memiliki latar belakang pendidikan di bidang keguruan. Setelah tugas kami di Panwascam selesai, ia kembali ke kampung halaman untuk mengejar mimpinya menjadi guru.
Ia sempat ingin melamar di tempat saya mengajar sekarang, tetapi tampaknya belum berjodoh. Ia kemudian memilih untuk mengabdi di salah satu SMK swasta di bawah naungan Kementerian Agama di daerah Tasikmalaya.
Selama bertahun-tahun, Cici menjalani profesinya sebagai guru honorer swasta. Ini adalah peran yang mulia, tetapi saya tahu persis betapa beratnya perjuangan finansial dan ketidakpastian status yang harus dihadapi oleh guru honorer. Upah yang diterima sering kali jauh dari kata cukup, dan jaminan masa depan pun terasa abu-abu.
Malam itu, Cici membagikan kabar besar. Di usianya yang kini menginjak 36 tahun, status karirnya berubah. Ia resmi diterima sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Kementerian Agama. Rasa syukur dan kebahagiaannya terpancar jelas dari tulisan dan foto yang ia unggah.
Bagi banyak guru honorer, status PPPK adalah pintu menuju kepastian yang selama ini mereka impikan. Itu adalah pengakuan resmi dari negara atas dedikasi dan pengabdian yang sudah mereka berikan selama bertahun-tahun di ruang kelas. Ini bukan sekadar kenaikan gaji, tapi juga jaminan karir dan perlindungan kerja yang jauh lebih baik.
Kedisiplinan yang Membentuk Fondasi
Jika harus menyebut satu sifat yang paling melekat pada Cici Maulani, itu pasti kedisiplinan. Dulu, saat di Panwascam, ia memegang peran sebagai sekretariat. Semua urusan administrasi, mulai dari pencatatan surat masuk hingga pelaporan keuangan, harus melalui tangannya. Ia selalu memastikan semua berkas rapi, lengkap, dan tepat waktu.
Sikap disiplin ini bukan hanya soal ketepatan waktu. Lebih dari itu, disiplin bagi Cici berarti melakukan pekerjaan dengan standar tertinggi. Ia tidak pernah bekerja asal-asalan. Detail kecil selalu ia perhatikan. Inilah etos kerja yang kuat, yang saya yakin, ia bawa ke dalam profesinya sebagai guru.