Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Tumpukan Sampah Menjadi Harta Karun: Kisah Hijrah Karang Taruna Cijerah Bandung

Diperbarui: 29 Juni 2025   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menanam kangkung di wadah bekas menunjukkan kesuburan tanaman berkat kompos di kebun mini halaman rumah warga Cijerah, Bandung. | Dok. Pribadi/Jujun J

Latif, seorang pemuda dari Karang Taruna Kelurahan Cijerah, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, Jawa Barat, pernah melihat tumpukan sampah sebagai masalah yang tak ada habisnya. Setiap hari, gunung sampah di sudut-sudut permukiman seolah tak pernah menyusut. Bau tak sedap adalah teman akrab warga, lalat bertebaran, dan tikus menjadi pemandangan biasa. 

Lingkungan Cijerah terasa kotor, kumuh, dan tidak nyaman untuk ditinggali. Para pemuda Karang Taruna merasakan kegelisahan yang sama. Mereka tahu bahwa kondisi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Harus ada perubahan, sebuah gerakan nyata yang bisa mengubah wajah Cijerah.

Kegelisahan itu mendorong Latif dan beberapa teman Karang Taruna lainnya untuk mulai berpikir. Mereka menyadari bahwa masalah sampah bukan hanya tentang kebersihan, tetapi juga tentang kesehatan dan citra lingkungan mereka. Diskusi demi diskusi dilakukan, mencari cara paling efektif untuk mengatasi persoalan klasik ini. 

Banyak ide bermunculan, ada yang langsung dipatahkan karena terlalu besar skalanya, ada pula yang terasa mustahil untuk diwujudkan dengan sumber daya yang terbatas. Namun, semangat untuk mencari solusi tidak pernah padam. Mereka terus mencari inspirasi dari berbagai tempat, membaca berita, dan mengamati inisiatif serupa di daerah lain.

Inspirasi itu akhirnya datang dalam bentuk konsep bank sampah. Ide ini terdengar sederhana namun berpotensi besar. Sampah tidak lagi dipandang sebagai limbah yang harus dibuang, melainkan sebagai sesuatu yang memiliki nilai ekonomi. 

Konsep ini menawarkan pendekatan baru: warga tidak membuang sampah, melainkan "menabung" sampah yang sudah dipilah, dan mendapatkan imbalan. Ini adalah sebuah "hijrah" besar dalam cara pandang masyarakat terhadap sampah. Latif dan teman-temannya yakin, ini bisa menjadi kunci perubahan di Cijerah.

Langkah pertama adalah memperkenalkan ide ini kepada anggota Karang Taruna lainnya. Latif menjelaskan dengan bahasa yang sederhana bahwa bank sampah adalah upaya kolektif. Mereka harus bekerja sama, tidak bisa sendiri-sendiri. 

Pemuda-pemuda Karang Taruna Cijerah merespons positif. Ada antusiasme yang tinggi untuk mencoba sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi lingkungan mereka. Mereka memahami bahwa keberhasilan bank sampah akan membawa perubahan nyata, baik dari sisi kebersihan maupun potensi ekonomi.

Setelah mendapat dukungan internal, tantangan selanjutnya adalah sosialisasi kepada masyarakat. Latif dan tim Karang Taruna berkeliling dari rumah ke rumah, dari RT ke RW, menjelaskan konsep bank sampah. Mereka membawa contoh sampah yang sudah dipilah, menunjukkan cara memilahnya, dan menjelaskan manfaatnya. 

Banyak warga awalnya ragu. Mereka sudah terbiasa membuang semua sampah jadi satu. Mengubah kebiasaan lama bukan perkara mudah. Namun, Latif dan timnya tidak menyerah. Mereka sabar menjelaskan, berulang kali, dengan senyum dan semangat.

Poin utama yang mereka sampaikan adalah bahwa memilah sampah akan mengurangi volume sampah di rumah, membuat lingkungan lebih bersih, dan yang terpenting, sampah yang dipilah memiliki nilai uang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline