Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Tiang Penyangga Pangan: Kekuatan Jagung Sentral dalam Menopang Dunia, Potensi Tak Terbatas

Diperbarui: 26 Juni 2025   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jagung: Pangan penopang dunia dengan potensi tak terbatas. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Jagung. Tanaman yang satu ini mungkin terlihat biasa saja, sering kita jumpai di ladang atau pasar. Namun, jangan salah. Di balik kesederhanaannya, jagung adalah kekuatan sentral yang menopang pangan dunia. Ia bukan hanya sekadar sumber karbohidrat, melainkan tiang penyangga yang krusial bagi ketahanan pangan global, dan potensinya masih sangat luas untuk diungkap.

Di berbagai belahan dunia, jagung menjadi makanan pokok bagi jutaan orang. Dari Amerika Latin hingga Afrika, Asia, termasuk Indonesia, jagung mengisi piring-piring keluarga setiap harinya. Ia diolah menjadi berbagai rupa: nasi jagung, bubur, tepung untuk roti dan kue, hingga camilan populer seperti popcorn. Keberadaannya sangat vital, terutama di daerah-daerah yang rawan pangan atau memiliki keterbatasan akses terhadap beras atau gandum.

Tapi peran jagung tidak berhenti di situ. Selain untuk konsumsi manusia, jagung juga menjadi bahan baku utama pakan ternak. Peternakan ayam, sapi, dan ikan sangat bergantung pada jagung untuk memenuhi kebutuhan gizi hewan-hewan tersebut. Artinya, ketersediaan daging, susu, dan telur yang kita konsumsi sehari-hari juga sangat dipengaruhi oleh pasokan jagung yang cukup. Ini menunjukkan betapa terintegrasinya jagung dalam rantai pangan kita.

Di Indonesia sendiri, jagung memiliki sejarah panjang dan tempat yang istimewa. Tidak hanya di daerah timur seperti Madura atau Nusa Tenggara yang menjadikan jagung sebagai makanan pokok, di Jawa Barat pun, jagung tetap punya peran penting. Salah satunya bisa kita lihat di Desa Mandalawangi, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Di sana, para petani dengan tekun merawat ladang jagung mereka, menyadari betul betapa berharganya tanaman ini.

Petani di Desa Mandalawangi bukan hanya menanam jagung untuk dijual bijinya. Mereka juga memahami nilai tambah dari setiap bagian tanaman jagung. Dari daun, batang, hingga bonggolnya, semuanya bisa dimanfaatkan. Ini adalah contoh nyata bagaimana masyarakat kecil berkontribusi pada konsep "zero waste pangan", di mana setiap elemen dari hasil pertanian berusaha dimaksimalkan penggunaannya.

Para petani di sana menghadapi berbagai tantangan, mulai dari cuaca yang tidak menentu, serangan hama, hingga fluktuasi harga di pasar. Namun, semangat mereka untuk terus menanam jagung tidak pernah padam. Mereka tahu, setiap tongkol jagung yang mereka hasilkan adalah kontribusi nyata untuk memenuhi kebutuhan pangan banyak orang, baik di desa mereka sendiri maupun di daerah lain.

Pemerintah dan berbagai lembaga riset juga terus berupaya mengembangkan varietas jagung yang lebih unggul, tahan hama, dan memiliki produktivitas tinggi. Inovasi di bidang pertanian ini sangat penting untuk memastikan pasokan jagung tetap stabil, bahkan saat populasi dunia terus bertambah. Teknologi modern membantu petani mengelola lahan dengan lebih efisien dan meminimalkan kerugian.

Lebih jauh lagi, potensi jagung tak terbatas masih terus digali. Contohnya, bonggol jagung yang selama ini sering dianggap limbah, kini mulai diteliti dan dikembangkan menjadi berbagai produk. Ada yang diolah menjadi pakan alternatif, bahan bakar bio, bahkan ada pula penelitian untuk mengubahnya menjadi bahan dasar produk pangan lain yang inovatif. Ini adalah langkah maju dalam mewujudkan pangan berkelanjutan.

Bayangkan, jika setiap bagian dari jagung bisa dimanfaatkan secara optimal, berapa banyak limbah yang bisa kita kurangi dan berapa banyak sumber daya pangan baru yang bisa kita ciptakan. Ini adalah sebuah revolusi pangan yang dimulai dari pemahaman mendalam tentang nilai sebuah tanaman seperti jagung.

Selain bonggol, batang dan daun jagung juga memiliki potensi besar. Batang jagung dapat diolah menjadi silase untuk pakan ternak, sementara daunnya bisa dimanfaatkan sebagai mulsa untuk menjaga kelembaban tanah atau bahkan menjadi bahan kerajinan tangan. Pemanfaatan secara menyeluruh ini tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi tambahan bagi petani.

Cerita tentang jagung ini adalah cerita tentang ketahanan dan adaptasi. Jagung telah beradaptasi dengan berbagai iklim dan kondisi tanah di seluruh dunia, membuktikan kemampuannya sebagai tanaman yang tangguh. Demikian pula, manusia juga harus terus beradaptasi dan mencari solusi kreatif dalam menghadapi tantangan pangan di masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline