Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Fisika untuk Hiburan 16 (Resistansi Atmosfer): Peluru dan Udara

Diperbarui: 29 Juli 2021   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertha Besar. Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Big_Bertha_(howitzer)#/media/File:Musee-de-lArmee-IMG_0984.jpg

Setiap pembelajar fisika SMA tahu bahwa udara menghalangi peluru untuk terbang, namun hanya sedikit yang tahu betapa besar rintangan itu. Kebanyakan orang berpikir bahwa udara atau lingkungan "lembut" yang biasanya tidak pernah kita rasakan itu, tidak bisa benar-benar menghalangi peluru senapan yang terbang dengan cepat.

Penerbangan peluru di udara dan dalam ruang hampa. Sumber: buku Physics for Entertainment, Book 1, hlm. 51.

Kurva besar adalah lintasan yang dilalui ketika tidak ada atmosfer. Kurva kecil di sebelah kiri adalah lintasan yang sebenarnya.

Akan tetapi, satu pandangan sekilas pada gambar di atas akan membuat Anda menyadari bahwa udara menempatkan resistansi yang cukup besar pada jalannya peluru.

Kurva besar menunjukkan lintasan yang akan dilalui peluru jika tidak ada udara. Dalam hal ini, setelah terbang dari senapan yang dimiringkan pada 45, dan dengan kecepatan awal 620 m/s, peluru itu akan melintasi kurva besar setinggi 10 kilometer dan terbang sejauh hampir 40 km. Namun sebenarnya peluru itu terbang hanya 4 km, melalui kurva kecil yang hampir tidak terlihat, yang berdampingan dengan kurva pertama. Itulah resistansi udara, hambatan udara.

Bertha Besar
Pada 1918, menjelang berakhirnya Perang Dunia Pertama, Jerman pertama kali mempraktikkan pemboman artileri jarak jauh dari jarak 100 kilometer atau lebih, ketika pesawat Prancis dan Inggris menghentikan serangan udara Jerman.

Jangkauan berubah jika mulut meriam jarak jauh dimiringkan pada sudut yang berbeda. Sumber: buku Physics for Entertainment, Book 1, hlm. 52.

Pada contoh dengan sudut 1, proyektil menyerang titik P, sudut 2, titik P', tetapi dengan sudut 3, proyektil terbang lebih jauh saat melewati lapisan udara stratosfer yang tipis.

Secara kebetulan, para penembak Jerman bisa menggunakan metode penemuan yang benar-benar baru itu untuk menembaki ibu kota Prancis, yang saat itu berjarak setidaknya 110 km dari garis depan.

Dengan menembakkan proyektil dari senjata artileri jarak jauh yang berukuran besar (Howitzer), yang dimiringkan pada sudut yang lebar, mereka secara tak terduga menemukan bahwa proyektil itu bisa terbang sejauh 40 km, bukan 20 km.  

Ketika sebuah proyektil ditembakkan dengan sudut tajam ke atas dan kecepatan awal yang besar, peluru itu mencapai lapisan atmosfer yang sangat tipis, di mana resistansi udaranya agak lemah. Di sini proyektil itu terbang cukup jauh, sebelum membelok tajam untuk jatuh kembali ke bumi lagi.

Gambar di atas mengilustrasikan perbedaan besar dalam lintasan pada berbagai sudut laras senapan. Ini menjadi prinsip dasar senapan jarak jauh yang dirancang Jerman untuk membombardir Paris dari jarak 115 km.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline