Lihat ke Halaman Asli

Sigit Purwanto Ipung

CEO and Founder Tempe Pinilih

Kepala Batu

Diperbarui: 30 Agustus 2025   09:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepala Batu

Pehobi mancing dan nelayan di Manokwari punya satu jenis ikan umpan sakti.  Konon kabarnya mancing pakai umpan ini dijamin dapat ikan besar jenis apa saja kecuali ikan paus. Aku tidak tahu nama latin ikan umpan ini. Tolong dicariin di buku atau browsing ya? 

Seperti ikan teri. Badannya kecil memanjang dengan warna perak mengkilap bergaris biru di kedua sisi sampingnya. Kepala nampak lebih besar dari badan, punggungnya berwarna abu-abu kehijauan. Ukuran dewasa panjangnya sekitar sebelas sentimeter dan lebar bagian perut satu sentimeter saja. Gerombolan ikan ini mudah dijumpai di perairan pantai Manokwari sepanjang tahun.  

Nama lokalnya ikan kepala batu. Tak bisa dipancing dengan umpan apa pun. Dijaring juga sulit. Bisa saja diracun atau dibom asal pelakunya rela masuk penjara, minimal dihajar orang sekampung. Mungkin karena sulit ditangkap sampai bikin orang-orang mati gaya, lalu ikan-ikan mungil itu diberi nama ikan kepala batu.

Ikan kepala batu hanya bisa ditangkap dengan cara paksa. Digantol menggunakan kail garong; sedikitnya lima mata kail ukuran sedang disatukan pada bagian tangkainya dengan timah solder atau diikat sampai membentuk payung terbalik.  Tambahkan sedikit pemberat dan ikat ke ujung tali pancing, beres. Dari atas dermaga lemparkan kail garong Anda ke arah gerombolan kepala batu, lalu tarik sekuat-kuatnya agar salah satu anggota gerombolan itu kena ujung runcing kail garong.

Siang itu aku berencana menangkap beberapa ekor ikan kepala batu untuk tambahan umpan mancing malam nanti di dermaga Pulau Mansinam. Anak-anak Pulau Mansinam berbaris di dermaga. Beberapa anak malah masih pakai pakaian seragam SD dan membawa tas. "Kalo su dapat dua, baru sa pulang," kata salah seorang anak. Dia baru akan pulang kalau sudah mendapat dua ekor ikan kepala batu. Seolah tak merasakan lapar, haus dan panas menyegat di kulit mereka. 

Tiba-tiba seorang ibu menjewer kuping seorang pemancing berseragam SD di sebelahku. "Ko kepala batu eee... Su dibilang abis sekolah ko pulang. Ko tra lapar ka?" Ibu murka itu nyerocos sambil membawa pulang paksa anaknya. Sudah diwanti-wanti usai sekolah pulang ke rumah dan makan, malah mancing. Dasar anak kepala batu.

Menjelang sore, posisi dan kegiatan anak-anak digantikan lusinan pria dewasa, aku dan seorang teman mancingku membaur. Kulihat mereka senyum-senyum geli melihat temanku mencoba menipu ikan kepala batu dengan kail kecil dan umpan roti. 

Temanku ini seperti gudang teori perilaku ikan. Juga fasih ngoceh soal ikan. Aku tidak meragukannya tapi juga tidak bisa sepenuhnya percaya. Sejak siang tadi ia sudah mencoba beragam umpan mulai dari nasi, irisan udang, irisan tongkol, lumut, parutan kelapa dan entah apa lagi. Bagus! Jadi sekarang aku mancing di dermaga, dibawahku ada gerombolan ikan kepala batu dan di sampingku ada pemancing berkepala batu.

Malam, suasananya tenang. Belum ada strike malah ada nada panggilan di ponselku. Memancing di kawasan terjangkau sinyal seluler benar-benar kekeliruan besar. "Mas tolong buka email secepatnya, penting!"  Itu suara bosku di telepon. Ketika kujelaskan bahwa aku lagi mancing jadi hanya bisa buka email tanpa bisa baca attachment-nya, ia menjawab singkat sambil bercanda, "Dasar kepala batu, banyak deadline malah mancing!" Halah, kok pas banget ya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline